Mahasiswa UB Ubah Limbah Agar-agar Jadi Pembalut Ramah Lingkungan & Kesehatan

Pembalut dari limbah agar-agar yang ramah lingkungan dan kesehatan. (ist) - Mahasiswa UB Ubah Limbah Agar-agar Jadi Pembalut Ramah Lingkungan & Kesehatan
Pembalut dari limbah agar-agar yang ramah lingkungan dan kesehatan. (ist)

Malang, SERU.co.id – Lima mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) membuat inti penyerap pembalut wanita yang berasal dari limbah agar-agar. Pembalut tersebut dapat mencegah terjadinya kanker servik akibat bahan pembalut yang berbahaya.

Salah satu anggota tim, Galuh Zhafirah Gafnie menjelaskan, selulosa ini akan diubah menjadi hydrogel, nantinya akan dicampurkan dengan kitosan. Kitosan sendiri memiliki sifat sebagai antibakteri yang tidak bau dan tidak berbahaya bagi tubuh.

Bacaan Lainnya

“Inti penyerap ini memiliki sifat yang ramah lingkungan, karena dibuat dari pemanfaatan limbah hasil produksi agar-agar dan limbah karapas (kulit) udang, sehingga akan lebih mudah didegradasi oleh bakteri pengurai,” beber Galuh, salah satu tim, Selasa (4/8/2021).

Limbah agar-agar sebagai bahan inti penyerap pembalut wanita. (ist) - Mahasiswa UB Ubah Limbah Agar-agar Jadi Pembalut Ramah Lingkungan & Kesehatan
Limbah agar-agar sebagai bahan inti penyerap pembalut wanita. (ist)

Selain itu, lanjut Galuh, inti penyerap ini juga aman bagi pengguna, karena mengandung kitosan didalamnya. Limbah agar-agar memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi, berkisar antara 27,38 persen sampai 39,45 persen.

Kelima mahasiswa ini adalah Galuh Zhafirah Gafnie, Nur Amalani Saputri, Riska Sulistianti Putri, Abdul Gafur, dan Rafifa Bunga Jashinta, dibiimbing langsung oleh Dr Ir Anies Chamidah MP.

Lebih lanjut, Galuh berharap, penelitian yang dilakukan dapat menjadi solusi atas keresahan yang terjadi di masyarakat. Seperti yang sudah diketahui, wanita akan mengalami siklus bulanan secara alami yang biasa disebut dengan menstruasi.

Pada periode tersebut, pembalut masih menjadi kebutuhan utama wanita. Walaupun sudah ada beberapa alternatif lainnya, seperti menstrual cup dan pembalut kain, namun mayoritas wanita terutama di Indonesia, masih banyak menggunakan pembalut pada saat menstruasi.

Namun, penggunaan bahan sintetis seperti dioxin, pewangi dan pemutih yang sering diaplikasikan pada pembalut wanita memiliki efek samping yang kurang baik bagi kesehatan tubuh. Salah satuya adalah kanker serviks.

Berdasarkan data dan informasi Kemenkes pada tahun 2015, jumlah penderita penyakit kanker serviks di Indonesia mencapai 98.692 kasus, dimana sebagian besar masih termasuk dalam usia subur. (jaz/rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait