Arsitektur ITN Malang Juara 1 Kompetisi Rendering Acsent 2021

Arsitektur ITN Malang Juara 1 Kompetisi Rendering Acsent 2021

Malang, SERU.co.id – Dua mahasiswa Arsitektur S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menjadi Juara 1 Architecture Rendering Competition Acsent 2021. Maksimilianus Jata dan Alessandro Pareira Saputra Wula, mahasiswa Arsitektur Kampus Biru mengungguli puluhan peserta rendering dari mahasiswa seluruh Indonesia.

Maksimilianus Jata menjelaskan, tiap peserta diberi tantangan membuat desain tiga dimensi atau 3D modelling dasar dari panitia sebagai acuan rancangan desain. Peserta diminta untuk merender objek, mengeksplorasi dan berkreasi dalam menentukan material, lighting, suasana dengan tema yang sudah ditentukan.

Bacaan Lainnya

“Kami menyajikan konsep rendering dengan menceritakan mengenai pentingnya mempertahankan serta merawat warisan budaya nusantara. Sekaligus jati diri bangsa Indonesia,” seru Maksimilianus, melalui sambungan whatsapp.

Dua mahasiswa Max dan Sandro, sapaan akrab Alessandro Pareira Saputra Wula, asal Ende, Nusa Tenggara Timur ini mengangkat konsep ‘Desain Desa Wisata Nusantara – Destinasi Wisata Nusantara dengan Kebudayaan Bali’. Dengan mengembangkan obyek wisata rumah tinggal bergaya tradisional.

Karya mahasiswa ITN Malang ini disajikan dalam bentuk video animasi berdurasi tiga menit dan panel poster. Menceritakan desa wisata nusantara serta menghadirkan pengalaman berwisata, dengan tidak mengurangi nilai luhur yang dipresentasikan melalui corak dan arsitektur nusantara.

Grand Design 'Desa Wisata' yang dikerjakan oleh mahasiswa ITN. (ist) - Arsitektur ITN Malang Juara 1 Kompetisi Rendering Acsent 2021
Grand Design ‘Desa Wisata’ yang dikerjakan oleh mahasiswa ITN. (ist)

Rendering difokuskan pada eksterior objek dengan skala kawasan (Desa Wisata Nusantara) secara keseluruhan, dan interior bangunan yang didesain secara bebas yang disesuaikan dengan kondisi new normal.

Tidak hanya itu, pihaknya banyak merubah material bangunan, interior, dan memperbaiki modeling 3 dimensi. Yang dirasa kurang baik dan lebih bisa mendekati rendering yang lebih realistis.

Ada beberapa area yang ditonjolkan dalam rendering. Yakni, area entrance, area entrance taman wisata, interior gedung teater, museum, dan communal space. Setiap area di detailkan dengan wujud fasilitas gedung teater, amphitheatre, museum, tempat ibadah, restoran, dan tempat berjualan buah tangan khas Bali oleh masyarakat sekitar.

“Kesesuaian tema, estetika, penyajian karya, kerapian, dan pengambilan view animasi pada panel gambar kami jadikan daya tarik,” ungkap Max.

Untuk menyatukan bangunan dengan alam, maka material utama yang digunakan adalah bata merah, beton, kayu, atap jerami, dan genteng. Penggunaan material dibuat apa adanya tanpa finishing. Dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah dalam arsitektur nusantara.

Tidak mudah membuat rendering detail bangunan demi bangunan. Max dan Sandro membutuhkan waktu hampir satu minggu, dikarenakan luasan tapak dan kompleksnya beberapa detail. Untuk memudahkan rendering 3D model, mereka menggunakan software sketchup pro.

“Untuk 3D modeling dan animasi, kami kerjakan bersama. Saya (Max) mengerjakan bagian exterior dan landscape kawasan. Sedangkan Sandro untuk interior bangunan. Lalu untuk poster dan post-production, serta animasi foto rendering dikerjakan bersama-sama,” beber mahasiswa semester 6 ini.

Maksimilianus Jata (kanan) dan Alessandro Pareira Saputra Wula (kiri). (ist) - Arsitektur ITN Malang Juara 1 Kompetisi Rendering Acsent 2021
Maksimilianus Jata (kanan) dan Alessandro Pareira Saputra Wula (kiri). (ist)

Lomba yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Udayana Bali ini diselenggarakan lewat media sosial Instagram, mulai April 2021 dan diumumkan pada Minggu (20/6/2021) lalu.

Sementara, Sandro mengatakan, mereka berdua pernah mengikuti lomba rendering, namun Acsent 2021 menjadi kejuaraan pertama bagi mereka. Mereka telah berusaha menyiapkan animasi serta panel poster baik dari teknik pengambilan angle kamera dan narasi video.

“Kami rasa poster karya kami sudah cukup seimbang, penyajian foto dan deskripsinya sangat proporsional,” terang Sandro yang menambahkan lewat sambungan whatsapp.

Menurut Sandro, kedepan semoga banyak masyarakat yang sadar desa wisata untuk memelihara kekayaan Indonesia. Kemudian semakin banyak lomba Rendering Aksitektur, karena skill rendering, foto, dan animasi sangat dibutuhkan di dunia kerja.

“Kami sangat senang (juara 1) karena effort yang kami keluarkan tidak sia-sia, dan juga mendapatkan pengalaman baru setelah mengikuti lomba ini,” pungkas mahasiswa semester empat Arsitektur ini. (jaz/rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait