Malang, SERU.co.id – Sampah menjadi permasalahan di kota-kota besar, baik sampah organik maupun non organik. Pameran Marginal Art Community mengangkat isu lingkungan bertemakan ‘Ada Apa Dengan Styrofoam’, memanfaatkan sampah styrofoam.
Ketua Panitia Pameran Marginal Art Community, Agus Gembo mengungkapkan, tema ‘ada apa dengan styrofoam’ disini mengajak berfikir ulang, tentang apa dan bagaimana sterofoam. MAC tidak memberikan solusi, melainkan dikembalikan kepada masyarakat sendiri.
“Kita serahkan kepada masyarakat untuk kembali berfikir bagaimana dampak adanya sampah seperti sterofoam. Makanya kita display kayak sampah-sampah, kita juga kembali ke tanda tanya besar, mengapa dengan styrofoam,” seru Agus Gembo, ditemui di Dewan Kesenian Malang (DKM), Jum’at (4/6/2021).
Masih dengan tema yang sama, di hari kedua bakal diisi dengan diskusi oleh pakar dan pegiat sampah lingkungan di Kota Malang. Pameran akan digelar selama tiga hari, sejak 4-6 Juni 2021 dengan berbagai performa kalangan seniman.
“Disini kita melibatkan banyak unsur, mulai dari tari, seni rupa, art, pantomim, teater, dan lainnya,” ungkap Gembo, sapaan akrabnya.
Menurutnya, acara ini untuk meneruskan event yang pertama kali digelar tahun 2010 lalu, dengan tema yang diusung berhubung plastik yaitu ‘Kresek Kresek Krusuk’. Sementara kali ini sudah ketiga kalinya mengusung tema lingkungan, masih sama perihal plastik juga.
Di Kota Malang sendiri, sampah plastik bisa didaur ulang, namun berbeda dengan styrofoam. Lebih lanjut, Gembo pernah beberapa kali menemui sampah seringkali menutup dan menyumbat gorong-gorong. Perlu penanganan khusu terhadap sampah, terutama styrofoam.
“Dengan acara ini, sebenarnya kemasan saja untuk mengajak untuk mikir kembali, begini lo. Artinya ketika orang tahu, oh sterofoam itu begini begini, itu saya kembalikan di masyarakat,” ungkap pria asli Kecamatan Sukun Kota Malang ini.
Sementara, perupa yang juga pengelola Semeru Art Galeri, Dandung Prasetyo mengatakan, hasil karya lukisan banyak yang mengangkat tentang lingkungan berkaitan dengan sampah. Pertama ada tas kresek, kedua botol-botol plastik, ketiga styrofoam.
Pihaknya menilai, sudah banyak hasil karya tentang sampah plastik. Sejauh ini sampah plastik bisa didaur ulang, namun belum bisa menyentuh styrofoam, sulit ingin dimanfaatkan sebagai apa.
Banyak makanan media bungkusnya adalah styrofoam, makanan cepat saji, foodcourt maupun pedagang kaki lima. Kepedulian seniman concert di lingkungan karena dampak yang ditimbulkan sangat besar.
“Kita memang sangat peduli dengan lingkungan, karena ini produk-produk sampahnya manusia, manusia yang bikin sampah. Kalau bumi ini lama-lama, apalagi disini sedkit-sedikit beli makanan styrofoam. Nah itu setelah kalian pakai itu diapain styrofoam,” ungkap Dandung Prasetyo. (jaz/rhd)
Baca juga:
- Seluruh Jemaah Haji Indonesia Tiba di Makkah, Siap Jalani Wakuf di Arafah
- Satu WNI Meninggal di Gurun Makkah, Dua Lainnya Diselamatkan Usai Coba Masuk Secara Ilegal
- 541 Atlet KONI Kota Batu Lolos Mengikuti Porprov IX Jatim 2025
- KONI Batu Bakar Semangat Tanding Atlet Lewat Character Building
- Pemkot Malang Tak Kuasa Hadapi Alih Fungsi Lahan Pertanian Terdesak Perumahan