Kota Malang, SERU
Aksi mahasiswa turun ke jalan terus berlangsung. Usai ribuan mahasiswa berkostum hitam mengepung gedung DPRD Kota Malang, Senin (23/9/2019), kali ini ribuan mahasiswa dengan berbagai atribut dengan dominasi warna merah kembali menyerbu gedung DPRD Kota Malang, Selasa (24/9/2019) mulai pagi hingga malam hari.
Serbuan mahasiswa ini berbeda dengan sehari sebelumnya yang nampak kondusif dan tak mau berbicara dengan anggota dewan. Kali ini massa memaksa masuk ke halaman DPRD Kota Malang, untuk melanjutkan orasi dan bertemu wakil rakyat di depan pintu gedung. Melalui pertimbangan keamanan, aparat kepolisian yang dari pagi berjaga pun menolak permintaan tersebut.
Merasa keinginannya tak terpenuhi, mahasiswa lantas berupaya mendobrak pintu gerbang bagian selatan gedung. Ratusan polisi beratribut lengkap yang berjaga sedari pagi pun bersiap menghadang. Tak hanya itu, beberapa unit kendaraan water canon yang disiagakan di luar dan di halaman gedung dinyalakan mesinnya.
Aksi saling dorong antara aparat keamanan dan mahasiswa, tak terelakkan. Tak hanya itu, beberapa oknum pengunjuk rasa juga ada yang melempar sesuatu ke arah polisi. Dari dalam halaman kantor DPRD Kota Malang, Kapolres Malang Kota, AKBP Dony Alexander, terus menyerukan ajakan agar para mahasiswa tidak terpancing provokasi dari oknum tidak bertanggung jawab. “Adik-adik ku mahasiswa, tanpa mengurangi rasa hormat, mari kita bicarakan ini dengan baik. Jangan sampai kita terpengaruh provokasi yang tidak bertanggung jawab,” seru Dony, melalui pengeras suara.
Upaya mahasiswa berhasil membuka celah salah satu pintu, dan kondisi pun berubah menjadi ricuh. Aksi dorong mendorong antara mahasiswa dan polisi pun semakin panas. Water canon pun melakukan aksinya dengan menyemprotkan air berkekuatan besar ke arah kerumunan mahasiswa. Mahasiswa terpecah dan kocar-kacir, pintu gerbang pun berhasil ditutup rapat kembali, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Akibat kericuhan itu, beberapa orang dari mahasiswa, polisi dan wartawan yang meliput menjadi korban. Sejumlah mahasiswa yang belum dipastikan angkanya mengalami pingsan, luka akibat lemparan batu, sepatu dan botol air mineral. Sementara 3 orang polisi mengalami luka di kepala, dan seorang wartawan mengalami luka di tangan dan kaki.
Aksi sedikit mereda usai kericuhan terjadi. Wakapolda Jawa Timur Brigjen Pol. Drs. Toni Harmanto, yang turun melalui helikopter di lapangan Rampal pun langsung menemui para pengunjuk rasa. Dengan pengawalan ketat dari kepolisian, ia berusaha mengajak para mahasiswa untuk melakukan dialog. Pun komunikasi antara Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika, dengan mahasiswa yang berakhir deadlock. Lantaran mahasiswa menolak kuota 20 orang perwakilan yang ditawarkan, namun mereka meminta semua mahasiswa masuk.
Saat ditemui awak media, Toni mengatakan, untuk Jawa Timur aksi yang digelar terbilang lebih baik, jika dibandingkan aksi serupa yang digelar di beberapa daerah lain di Indonesia. “Saya pikir kalau ada kejadian seperti tadi itu, saya rasa itu aksi spontan dan efek kelelahan. Seperti yang terjadi disini (Kota Malang, red), komunikasi yang kita buka dari pagi tadi, dan itu terus kami lakukan sampai kami terima aspirasi mereka,” ujar Toni kepada media saat ditemui di Balaikota Malang. (rhd)