Malang, SERU.co.id – Walikota Malang bersama Forkopimda Kota Malang mengunjungi beberapa sekolah terkait penerapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas. Kepala sekolah masing-masing menerapkan pola ganjil genap berdasarkan nomor absen untuk siswa yang masuk.
Kepala SMP Negeri 6 Kota Malang, Risna Widyawati SPd mengatakan, hari pertama ganjil dan hari kedua genap. Sementara siswa kelas IX sudah selesai pembelajaran, usai ujian sekolah. Hanya tinggal menyelesaikan tugas yang belum lengkap.
“Hari ini yang masuk separuh dari kelas 7 dan 8. Kami model sistem ganjil genap,” seru Risna Widyawati, Senin (19/4/2021).
Disebutkannya, jadwal siswa masuk dengan sistem ganjil genap dari pukul 08.00 sampai 12.00. Dalam satu minggu, ada kelompok dua hari dan tiga hari, nantinya akan terakumulasi sama di pekan berikutnya.
“Nanti minggu depannya, yang tiga hari ketemu dua hari. Akhirnya ketemunya sama,” paparnya.
Risna menuturkan, durasi pembelajaran hanya 30 menit setiap jam pelajaran dengan kurikulum baru. Dimana setiap hari ada tiga sampai empat mata pelajaran (mapel). Sementara jam istirahat sekali di dalam kelas, didampingi guru dan tidak boleh keluar kelas.
“Kami berikan semua mapel, cuma durasinya dikurangi,” paparnya.
Pihaknya menambahkan, evaluasi yang disampaikan Walikota Malang akan segera ditindaklanjuti dan diperbaiki. Dan berharap kedepan bisa jadi lebih baik, dengan kehadiran tatap muka penuh seperti yang diharapkan orang tua.
“Syukur-syukur kalau kedepan bisa semuanya, tidak hanya separuh yang masuk,” pungkasnya.
Lain halnya, Kepala Sekolah SDN Kauman 1, Dra Umi Kulsum MPd menjelaskan, pihaknya sudah mensetting protokol kesehatan bagi siswa, agar saat siswa masuk dan keluar sekolah tidak berkerumun.
“Kami menata ada 4 rombel, jeda mereka masuk adalah 15 menit. Misal rombel kelas 2 masuk jam 07.00, rombel selanjutnya masuk 07.15,” ungkapnya.
Masih menurutnya, jumlah siswanya mencapai 552 orang. Selain luring, juga menerapkan metode hybrid. Dimana nomor ganjil mengikuti PTM, sedangkan nomor genap mengikuti daring, begitu sebaliknya di esok hari.
“Mereka seminggu dua kali ke sekolah, karena gantian ganjil genap. Nah untuk Jumat kita daring semua, pemantapan materi,” pungkasnya.
Sementara, siswa salah satu sekolah yang sudah menerapkan PTM, AF mengungkapkan, perasaan bahagia bisa bertatap muka dengan teman sekelasnya. Namun disisi lain jam bermainnya menjadi berkurang.
“Senang mas bisa bertemu teman-teman, tapi di rumah sebenarnya tambah seru bisa ngegame,” ungkapnya.
Lebih lanjut, selama pembelajaran daring, ia mengaku merasa jenuh dan bosen. Hingga setelah selesai, ia lebih sering menghabiskan waktu bermain bersama game online dengan temannya.
“Seringnya mabar (main bareng, red),” singkatnya. (ws1/rhd)