Malang, SERU.co.id – Beragam komunitas sepeda onthel (sepeda angin jadul, red) ada di Kota Malang. Salah satunya, Barisan Onthel Malang Raya (BOM), dengan anggota yang memiliki puluhan sepeda jadoel dan antik. Bahkan ada sepeda onthel buatan 1960-an, yang sebagian sudah masuk di Museum Angkut, Kota Batu.
Koordinator BOM, Sapto Yuniar mengatakan, sepeda onthel yang dimiliki beberapa anggota bisa dikatakan barang langka dan antik. Ada yang belinya langsung dari luar negeri.
“Ada Gazelle seri-7, ada juga yang sudah di museum angkut. Tahun keluaran ada yang masih 1960-an,” seru Sapto Yuniar, ditemui di salah satu kedai kopi sebelah utara Stasiun Kota Baru.
Dirinya mengatakan, komunitas Barisan Onthel Malang Raya ini dulu anggotanya masih sekitar tujuh orang. Hingga saat ini anggota lebih dari 50 orang. Sudah berjalan selama tiga tahun, di minggu kedua bakal diperingati hari jadi di bulan ini.
“Nanti tanggal 11 April 2021 kita merayakan ulang tahun ke-3 BOM,” beber Yuniar sapaan akrabnya.
Lebih lanjut, Barisan Onthel Malang (BOM) ini diwadahi Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) Malang, diketuai Mayor Endri yang masih sekolah dinas di Ambon. Kosti mempunyai 16 club, termasuk BOM ini yang muda.
“Kalau di Kota Malang ada yang lama OLI (Onthel Lawas Independen), Polka, Oncil, ada BOC Buring, OGB, SOC, Kisot, POT dan seterusnya. Kalau di Kabupaten ada 58 club,” terangnya.
Agenda kopdar rutin setiap hari Rabu malam, mengelilingi Malang bersama club lainnya. Biasanya diikuti sekitar 70 orang dari lima club komunitas sepeda tua. Selain untuk merekatkan persaudaraan, juga sebagai kampanye mengurangi polusi udara kendaraan bermotor dan melestarikan budaya.
Pihaknya tidak memandang anggota dari orang tua atau muda. Banyak yang muda ikut, meski pada umumnya lebih gengsi dengan sepeda onthel.
“Mau ngonthel cari sehat, tambah seduluran, sambung silaturrahmi itu yang kita lakukan. Motto kami tidak harus sedarah untuk bersaudara,” tegasnya, kepada SERU.co.id.
Anggotanya sendiri, ia menuturkan komunitas sepeda onthel bukan hanya satu wilayah, satu RT atau kampung, tapi sudah tersebar di berbagai daerah.
“Ada yang dari Bandung, Lumajang, Purbalingga, Cilacap, Indramayu, Sidoarjo Surabaya,” tambahnya.
Menurut Yuniar, untuk bisa bergabung dengan komunitas ini tidak terlalu sulit. Karena apapun merk sepeda yang dibawa, tak ada masalah. Bisa bersama-sama bersepeda bareng adalah sebuah kebersamaan dalam menjalin persaudaraan.
“Terpenting bagi komunitas ini adalah adanya rasa kepemilikan dan persaudaraan,” pungkasnya. (ws1/rhd)