Malang, SERU.co.id – Setelah kejadian yang mengecewakan dialami skuad pebulu tangkis Indonesia di All England. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Menpora) berharap pihak penyelenggara bakal mengevaluasi, agar kejadian tersebut tidak terulang di turnamen-turnamen mendatang.
Menpora Dr H Zainudin Amali SE MSi mengatakan, harus ada evaluasi mendalam terkait insiden pemulangan pemain oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). Dengan alasan hanya mematuhi aturan dari National Health Service (NHS).
“Mudah-mudahan ada evaluasi besar-besaran tentang sistem penyelenggaraan turnamen di tengah-tengah kompetisi. Adaptasi dengan kebijakan negara masing-masing tentang penanganan konflik, karena kita tahu pasti berbeda,” seru Menpora Amali.
Pihaknya telah menerima surat resmi permohonan maaf dari Presiden BWF, Poul-Erik Høyer Larsen, yang juga ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia.
“Ada permintaan maaf Presiden BWF terhadap kejadian yang mengecewakan,” papar pria kelahiran Gorontalo ini.
Dalam surat tersebut, selain permintaan maaf kepada presiden dan masyarakat Indonesia dari BWF, juga mengatakan bahwa negeri ini mempunyai segudang atlit yang berkelas. Pasalnya, Presiden BWF sendiri ketika masih menjadi pemain Denmark, beberapa kali datang bermain ke Indonesia dan merasakan kehangatan.
“Indonesia adalah negara besar untuk bulu tangkis dan menghasilkan atlet-atlet yang punya reputasi dunia. Itulah makanya bulutangkis menjadi ikon internasional,” terang politisi Partai Golkar ini, menirukan Presiden BWF.
Menpora berharap, dari kejadian yang menimpa kontingen Indonesia ini tidak akan terulang kembali. Squad tim sudah mempersiapkan matang serta target yang ingin dicapai tinggi serta harapan besar di bulutangkis.
“Buat saya poinnya adalah kejadian di All England 2021 ini jangan terulang pada turnamen-turnamen berikutnya. Karena kita masih punya poin untuk Olimpiade itu,” ujarnya.
Amali menegaskan, sudah melakukan tindakan cepat, agar para atlet bisa segera pulang. Tidak terlalu lama dikarantina di negeri orang, yang dimungkinkan menganggu secara psikis.
“Saya sudah melakukan tugasnya, negara sudah hadir. Soal bagaimana kelanjutannya, kita memonitor saja apa yang akan dilakukan,” pungkasnya. (ws1/rhd)