Malang, SERU.co.id – Memperingati Hari Kopi Nasional pada 11 Maret, Klodjen Djaja 1956 yang terletak di Jalan Cokroaminoto no 2 Kecamatan Klojen, Kota Malang, menarik penikmat kopi dan pengunjung sekitar pasar Klojen untuk menikmati kopi pagi hari secara gratis.
Klodjen Djaja 1956 mengusung konsep kedai kopi djaman doeloe (djadoel) dilengkapi pernak-pernik khas tempo doeloe, seperti sepeda onthel, meja kursi bundar dan panjang, burung perkutut, jajanan lawas, gorengan dan lainnya. Menyatu dengan suasana pasar Klojen, kopi yang ditawarkan mulai harga merakyat Rp3.000,- hingga Rp15.000,-.
“Kami ingin mengangkat dan mengenalkan potensi kopi lokal. Seperti Kopi Robusta dari Ngantang dan Gunung Arjuno. Kalau Arabica pakai luar Jawa, yakni dari Buleleng (Bali) dan Gayo (Aceh) yang benar-benar kualitas ekspor. Kopi murah tapi bukan murahan,” seru Owner Klodjen Djaja 1956, Didik Sapari, Kamis (11/3/2021).
Disinggung kopi pagi hari gratis, Didik ingin mengingatkan Hari Kopi Nasional 11 Maret yang banyak dilupakan. Senada tema kopi nasional, maka jenis kopi gratis yang dibagikan dari lokal Malang. Kopi Robusta yang diseduh secara tradisional yaitu Kopi Tubruk.
“Teman-teman kopi tahunya hari kopi internasional 1 Oktober, yang hari kopi nasional banyak yang lupa. Berapa pun yang datang, mau 200-500 cup kopi tubruk, semua gratis. Dan biji kopinya fresh baru diolah,” sebutnya.
Untuk menarik minat pengunjung pasar, Klodjen Djaja 1956 membagikan sekitar 500 voucher Rp1.000,- kepada pedagang Pasar Klojen sebagai hadiah untuk pembeli. Meski harga yang dibanderol cukup terjangkau, karena kopi nikmat tak harus mahal. Sebut saja Kopi Tubruk Robusta Rp3.000, Arabika Rp5.000, Susu Rp6.000, Vietnam Drip Rp8.000, Espresso Cappucino Rp10.000 dan lainnya.
“Tak hanya wong cilik, beberapa kalangan menengah atas juga singgah ke sini, karena kangen suasana ngopi jaman dulu,” tutur Didik, sembari menambahkan dua sesi jam buka 06.00-09.00 dan 15.30-22.00.
Sementara salah satu konsultan bisnis, Dias Satria, SE, MAppEc, PhD mengatakan, potensi industri kopi saat ini sangat besar, selaras Indonesia sebagai penghasil kopi terbesar. Ketika kopi menjadi menjadi komoditi ekspor, sudah sepatutnya pasar dalam negeri ikut diperkuat melalui komunitas.
“Semua stakeholder antara petani, penikmat kopi, pebisnis serta pemerintah harus bersinergi membangun ekosistem membangun industri kopi. Khususnya memperkenalkan dan menggaungkan kopi lokal lebih optimal lagi,” seru Dosen FEB UB ini, disela menikmati kopi pagi.
Dias menyatakan, konsep yang diusung Klodjen Djaja memang beda dari tempat kopi lain. Mengangkat local heritage Kota Malang yang menyatu dengan komunitas pasar. Dimana pasar sebagai salah satu roda ekonomi, aktivitas ekonomi paling bawah dari masyarakat.
“Ketika Klodjen Djaja hadir di pasar, meramaikan pasar, menggiatkan aktivitas ekonomi, ini adalah sinyal baik untuk ekonomi secara umum,” pungkasnya. (ws1/rhd)