Prof Bisri: Disiplin Bermasker Mencontoh Budaya Jepang

Pengasuh Ponpes Bahrul Maghfiroh, Prof Bisri ceritakan pengalamannya kepada awak media. (ws1) - Prof Bisri: Disiplin Bermasker Mencontoh Budaya Jepang
Pengasuh Ponpes Bahrul Maghfiroh, Prof Bisri ceritakan pengalamannya kepada awak media. (ws1)

Malang, SERU.co.id – Prof Bisri memiliki pengalaman tersendiri setelah pondoknya, Ponpes Bahrul Maghfiroh, pernah terpapar Covid-19. Hikmahnya, belajar disiplin bermasker adalah kunci, seperti yang diterapkan Jepang.

Pengasuh Ponpes Bahrul Maghfiroh, Prof Dr Ir Mohammad Bisri MS menuturkan, masker sebagai salah satu fungsi pencegahan. Banyak riset yang menunjukkan tingkat penghambat penyebaran virus adalah bermasker. Di Jepang, orang memakai masker sudah menjadi budaya.

Bacaan Lainnya

“Saya pernah menanyakan ke beliau (salah satu peneliti Jepang), ternyata masker salah satu pencegahan (dari) debu dan virus. Kalau itu jadi kultur budaya, sangat bagus dan fundamental,” seru Prof Bisri.

Progam “Santri Bermasker” yang dicanangkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, ditindaklanjuti sampai kota atau kabupaten  sangat tepat. Ia menilai, dari berbagai penelitian, pencegahan paling bagus adalah memakai masker. Karena ada pengalaman tidak mengenakkan dengan virus tersebut di pondoknya.

“Saya mengalami sendiri, betapa susahnya tidak bisa tidur memikirkan santri. Sekarang dengan progam Santri Bermasker ini lebih ayem (tentram, red),” papar mantan Rektor Universitas Brawijaya ini.

Prof Bisri mengaku, sempat kecolongan saat upaya isolasi mandiri seluruh santri. Usut punya usut, ada keluarga santri yang nekat membesuk, bahkan dibawa pulang, karena memang pada waktu itu musim liburan.

“Bermasker harus tetap menjadi kultur dan budaya. Sebab kalau tidak, yang terisolasi masih kena,” papar Guru Besar di bidang Ilmu Perairan ini.

Disebutkannya, saat itu hampir 100-an santri Ponpes Bahrul Maghfiroh diduga terpapar. Upaya gerak cepat pihak pondok dengan treatment sendiri, isolasi, berjemur, dan seterusnya, akhirnya sembuh.

“Saat terkonfirmasi positif sudah tidak bau, dan tidak ada rasa. Tapi kondisinya masih lumayan (OTG). Dengan isolasi mandiri, kami kasih obat, alhamdulillah sekarang sehat,” bebernya.

Saat ini peraturannya diperketat, orang tua tidak boleh membesuk dengan alasan apapun. Walaupun diprotes tetap tidak diperbolehkan, karena dikhawatirkan dari luar tidak steril.

“Kalau dulu masih boleh masuk, sekarang tidak boleh tetap dari luar saja,” tegasnya.

Ia berharap pengasuh pondok pesantren, pengurus, dan takmir masjid mendapat vaksin. Karena berhubungan langsung kepada para santri dan banyak interaksi keluar masuk.

“Mohon itu kalau bisa, pemerintah mendahulukan santri karena langsung bersentuhan orang tua. Jumlah pengurus disini 30-an,” pungkasnya. (ws1/rhd)

disclaimer

Pos terkait