Sidoarjo, SERU.co.id – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo menggelar Seminar Nasional Launching dan Apresiasi 9 Buku Karya Kader NU Sidoarjo dalam rangka memperingati Harlah NU ke 95 Tahun.
Seminar itu bertema Mewaspadai Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme dalam Kerangka Membangun Kejayaan NU-NKRI. Acara ini dugelar di Aula Kantor PCNU Sidoarjo, Minggu (31/01/2021).
Keynote Speaker mantan Pimpinan Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas mengatakan gerakan intoleran, radikalisme dan terorisme disebabkan kurangnya pemahaman soal keagamaan. Menurutnya, kelompok radikal menganggap perilaku orang lain yang tidak sesuai dengan keyakinannya itu dianggap bid’ah dan kafir.
“Awalnya bermula dari sifat dan sikap intoleran. Kemudian lama-kelamaan menjadi radikalis. Kemudian melakukan aksi terorisme. Tahapan itu yang harus diwaspadai,” ubar Nasir Abbas kepada Memo X, Minggu (31/01/2021) di kantor PCNU Sidoarjo usai seminar.
Selain itu, Nasir Abbas menjelaskan untuk menangkal gerakan intoleran, radikalisme dan terorisme melalui pemberian edukasi sejak dini. Baginya, edukasi (pendidikan) sejak mulai anak-anak sangatlah penting. Hal ini, agar mereka menghargai perbedaan pendapat, menghargai perbeda agama dan toleransi agar saling menghormati.
“Pemberian edukasi itu untuk pemahaman agama yang moderat. Sekaligus tentang kebangsaan dan memahami empat pilar bangsa Indonesia. Kalau tidak, generasi muda akan mudah terprovokasi. Yang dikhawatirkan ikut intoleran, menganggap pemerintah dhalim dan thogut. Ini sangat berbahaya. Untungnya masih ada NU yang konsisten memperjuangkan kebhinekaan dan NKRI Harga Mati,” imbuhnya.
Bagi Nasir Abbas yang juga mantan pimpinan teroris ini menguraikan soal anggaran terorisme rata-rata berasal dari sumbangan para anggotanya. Selain itu, biasanya menggunakan bantuan sumbangan dana dari masyarakat yang disalurkan kepada yayasan yang berafiliasi dengan organisasi intoleran itu.
“Jaringan terorisme seringkali, menggunakan kaleng infaq yang dititipkan di warung-warung. Tapi tidak semuanya. Karena masih ada yang digunakan untuk hal yang baik,” tegasnya.
Sementara Ketua PCNU Sidoarjo, KH Maskun mengaku pihaknya sengaja mendatangkan mantan pelaku gerakan terorisme yang sudah bertaubat untuk mempelajari strategi maupun cara doktrin bagi para generasi penerus agar semakin mencintai NKRI. Baginya, dalam menyongsong satu abad NU, persoalan ini yang sering melibatkan NU sebagai ajang pembicaraan. Baik soal isu intoleran, radikalisme dan terorisme.
“Dalam urusan itu, NU selalu ada di garda terdepan untuk memberantas gerakan yang tidak sesuai dengan nilai agama dan kebangsaan. Dari seminar ini kami baru menyadari sumber pendanaan gerakan radikal itu ada di sekeliling kita. Mereka menggunakan kaleng-kaleng sumbangan yang sumbernya tidak jelas. Kalau yang paling aman untuk berinfaq ialah kaleng-kaleng yang ada tulisan NU Care atau Laziznu,” pungkasnya. (wan/Ono)