Malang, SERU.co.id – Beternak kelinci sangat membutuhkan ketelatenan dan kesabaran ekstra. Produktifitas kelinci dimulai sejak lahir hingga siap jual umur 2,5 bulan atau lebih, tepatnya sudah siap sapih tidak menyusui induknya lagi.
Seperti pengalaman Eko Sabdianto, peternak (breeder) kelinci hias jenis Holland Lop. Menurutnya, beternak kelinci memanglah sangat menguntungkan, akan tetapi juga membutuhkan kesabaran ekstra.
“Kita belum bisa menikmati hasil beternak 4-6 bulan. Harus puasa tidak mendapat pemasukan. Karena masa birahi kelinci berumur 4-5 bulan, atau setelah moulting baru bisa dikawinkan,” ungkap Dian, sapaan akrab pemilik KWB Rabbitry Farm, di Jalan Kelud, Gang Punden, RT 2, RW 11, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Menurutnya, pada periode ini, pembudidaya pemula mesti mempelajari kebutuhan kelinci, pengelolaan kandang dan mengobati penyakit-penyakit yang sering kali dialami kelinci. Seperti scabies, mencret, kembung, dan penyakit lainnya, terutama pada musim penghujan seperti saat ini. Pun ketika kelinci indukan hamil, maka seorang breder harus belajar mengurus persalinan.
“Ini yang perlu sekali diperhatikan bagi breeder pemula. Ketika kelinci indukan hamil, breeder harus menyediakan nestbox atau kotak melahirkan. Tujuannya agar si induk kelinci selalu merasa nyaman dan tidak stres, sampai bayi kelinci lahir,” ujarnya, di sela-sela kesibukan membersihkan kandang kelinci.
Kesabaran breeder bakal diuji, manakala terjadi kematian, baik bayi kelinci yang dilahirkan, kelinci sapihan atau malah induknya sendiri. Alhasil, beberapa peternak mengalami putus asa, sejak peliharaannya sakit parah tak kunjung sembuh hingga pada akhirnya mati.
“Saya sendiri pernah mengalami fase ini lantaran banyak kelinci yang terserang scabies parah. Saya putus asa dan menjual semuanya. Namun mendadak berubah pikiran begitu melihat salah satu indukan melahirkan empat ekor bayi kelinci dengan selamat. Itulah titik kebangkitan saya untuk lanjut beternak, apapun yang terjadi,” seru wartawan yang ngepos di Kota Batu ini.
Menurutnya, kelinci bisa dipanen di usia 2,5-3 bulan, khususnya untuk kelinci jenis Holland Lop. Kelinci anakan Holland Lop kualitas show sapihan berumur 2,5 bulan miliknya laku terjual Rp2,5 juta, untuk betina usia 4 bulan Rp4 juta.
“Pengeluaran biaya pakan otomatis bakal tertutupi, jika kita beternak dalam jumlah yang lumayan banyak. Dapat dipastikan kebutuhan hidup breeder juga ikut tercover,” beber pria yang akan mengakhiri masa lajangnya ini.
Dian menyarankan, bagi peternak pemula agar memelihara kelinci secara bertahap menghindari kerugian di fase enam bulan awal. Indukan diperbanyak bertahap sembari menguasai keterampilan dan keahlian merawat kelinci. Jika semua lancar, empat bulan berikutnya berpotensi penghasilan.
Salah satu momen paling krusial kelinci adalah saat melahirkan. Saat memulai beternak pada 2014 lalu, dirinya belum tahu apa kebutuhan kelinci menjelang dan saat akan melahirkan, termasuk kebutuhan akan nestbox (kotak tempat persalinan) kelinci.
“Ya, waktu itu saya belum tahu, kalau ternyata masa kehamilan kelinci itu hanya berkisar 1 bulan saja. Akibatnya bayi-bayi kelinci yang baru lahir berserakan di mana-mana, bahkan ada yang jatuh di bawah kandang galvanis,” ucap pria berambut panjang ini.
Karena sesuatu hal dan salah perlakuan, lanjut Dian, maka bayi-bayi kelinci itu akhirnya mati. Rata-rata karena kedinginan dan tak disusui induknya. Padahal breeding mengandalkan kelahiran sebagai tulang punggung produksi. Gagal dalam fase itu berarti gagal menjadi breeder.
“Di habitat aslinya, kelinci melahirkan di tempat-tempat tersembunyi, seperti lubang tanah yang dia buat sendiri. Nestbox sebagai ganti lubang persembunyian tempat kelinci mau melahirkan. Pada kotak ini, nantinya induk kelinci bakal membuat sarang dengan merontokkan bulu-bulunya dan kemudian melahirkan,” tandasnya. (rhd)