Malang, SERU.co.id – Dampak Covid-19 tidak hanya sektor ekonomi, namun juga dibidang pendidikan. Kuota data internet sampai pembayaran uang kuliah menjadi kebutuhan pokok mahasiswa.
Pengalaman ini dirasakan oleh mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Aksi Mahasiswa (Geram) Universitas Islam Malang (Unisma), yang melakukan aksi tuntutan di depan kampus hijau, Minggu (17/1/2021).
“Pembelajaran daring membuat mahasiswa harus mengeluarkan biaya ekstra untuk paket data kebutuhan daring. Tidak semua mahasiswa mendapatkan bantuan data dari pemerintah,” seru Achmad Najib, narahubung aksi GERAM.
Namun yang mendapat paket data, tidak mencukupi untuk mengcover kebutuhan daring. Karena kuota multimedia yang dipakai hanya mencukupi sebagian kecil saja. Meski sempat mendapatkan bantuan kuota data untuk zoom hanya 5 Gigabyte.
“Kuota 45 Gigabyte hanya bisa dibuat chat atau whatsap, akhirnya kita mengeluarkan biaya sosial lainnya. Fasilitas-fasilitas kampus tidak terpakai. Namun kita tetap tidak dikasih keringanan yang setidaknya membantu,” ungkap Najib.

Hitung-hitungan biaya yang harus dikeluarkan pembelajaran daring bervariasi. Membeli paket data tambahan menjadi opsi terakhir mahasiswa.
“Biasanya beli tambahan paketan data sebulan itu bisa Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu. Itu biaya yang tidak dibayar kampus. Kita harus membayar lagi untuk bisa belajar,” terangnya.
Mahasiswa Unisma mengaku, pemotongan SPP tahun lalu berdasarkan nominal. Bukan berdasarkan prosentase, membuat beberapa jurusan merasa tidak adil. Semester kemarin sebenarnya ada potongan Rp450 ribu, dipukul rata setiap angkatan.
“Padahal setiap angkatan jumlah pembayarannya berbeda. Dan tanggal 25 ini harus melakukan pembayaran. Sedangkan kampus tidak melakukan kebijakan apakah ada pemotongan atau tidak,” tutur Najib, kepada SERU.co.id.
Sementara itu ditemui dilokasi, Negosiator Aksi, Diyaul Haqqi menuturkan, belum bisa bertemu Wakil Rektor III.
“Sebenarnya satu minggu yang lalu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sudah melayangkan press rilis. Tetapi sampai saat ini belum ada tanggapan. Itu yang menjadi keresahan kami,” masygul Haqqi.
Perlu diketahui, sebelum melakukan aksi, sudah membuat sebuah vote kepada banyak mahasiswa. Bagaimana respon mahasiswa terkait uang perkuliahan yang tidak sesuai.
“Kami sudah membuat vote. Dari sekitar 1050 yang memilih meminta potongan sebanyak 1015 suara. Sisanya mengatakan tidak. Kita votingnya menggunakan zinkpoll,” papar Haqqi.
Disebutkannya, kalau semester depan ada keputusan dan memberikan alternatif, maka bisa diterima. Namun jika belum ada keputusan, mahasiswa akan terus mengadakan aksi.
“Kami hari ini melayangkan surat. Kalau besok diterima, ada 15 mahasiswa akan audiensi. Kalau tetep kampus tidak memberikan solusi, kami akan melakukan aksi lebih besar,” pungkas Haqqi. (ws1/rhd)