Jakarta, SERU.co.id – Nama tanaman Janda Bolong kini tengah populer. Bahkan, di media social Twitter, Janda Bolong sempat beberapa kali menduduki top trending topic Indonesia. Tanaman bernama monstera ini, termasuk kelompok tanaman hias yang kepopulerannya kini meningkat tajam. Seiring dengan popularitasnya, harga Janda Bolong juga ikut meroket.
Menurut Asan, salah seorang penjual tanaman di Jakarta, harga Janda Bolong meroket karena dipicu oleh budaya latah yang ada di masyarakat. Tren rumah elit dengan desain minimalis menjadi pemicu yang memiliki Janda Bolong diikuti masyarakat.
“Ada yang menganggap kalau enggak ada monstera itu enggak keren rumahnya. Jadi faktor gengsi ini berperan,” ucap Asan.
Terlebih, adanya media sosial yang makin membuat Janda Bolong populer. Tanaman ini dianggap instagramable, sehingga membuat foto menjadi lebih estetik, seperti tren foto yang sedang digemari warganet.
Pedagang lainnya, Oding mengungkapkan, harga Janda Bolong kini dapat mencapai jutaan rupiah. Hal itu karena jenisnya yang berbeda-beda. Misalnya saja, jenis Monstera Veriegata yang dihargai cukup tinggi.
Jika melihat ke belakang, tanaman ini tak dihargai semahal sekarang. Namun kini, tanaman ini dianggap cocok sebagai penghias rumah dan membuat foto menjadi lebih epic. Hingga harganya pun menjadi lebih mahal.
Seiring dengan kepopuleran Janda Bolong dan harganya yang meroket, warganet ramai membicarakan ulasan korelasi antara Janda Bolong dan Monkey Business. Monkey Business dapat diartikan sebagai sebuah strategi bisnis yang meningkatkan keuntungan diri sendiri, namun merugikan orang lain.
Tulisan yang banyak dibagikan oleh warganet adalah mengenai Janda Bolong dan Monkey Business. Berikut tulisan tersebut secara lengkap:
MASIH INGAT BISNIS TOKEK YANG KONON HARGANYA RATUSAN JUTA BAHKAN MILYARAN…??
Seperti itulah JANDA BOLONG
JANGAN TERGODA JANDA BOLONG
Why??? Karena hanyalah Monkey Bisnis
Monkey business atau bisnis monyet adalah sebutan untuk sebuah perumpamaan strategi bisnis untuk merugikan orang lain dan menguntungkan diri sendiri. Monkey bussiness termasuk dalam dirty business yang sebaiknya dihindari oleh orang yang ingin belajar berwirausaha.
Gambaran soal monkey Business :
Suatu hari di sebuah desa, seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 50,000,- per ekor. Padahal monyet disana sama sekali tak ada harganya, karena jumlahnya yang banyak dan kerap dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.
Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet di sekitar desa pun kemudian mulai masuk hutan dan menangkapinya satu persatu.
Kemudian si Orang Kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp 50,000,- . Karena penangkapan secara besar-besaran, akhirnya
monyet-monyet semakin sulit dicari. Penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet-monyet tersebut.
Maka si Orang Kaya pun sekali lagi kembali untuk mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp 100,000 per ekor. Tentu saja hal ini
memberi semangat dan “angin segar” bagi penduduk desa untuk kemudian mulai untuk menangkapi monyet lagi.
Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin sedikit dari hari ke hari dan semakin sulit dicari. Kemudian penduduk pun kembali ke aktifitas seperti biasanya, yaitu bertani.
Karena monyet kini telah langka, harga monyet pun meroket naik hingga Rp 150,000,- / ekornya. Tapi tetap saja monyet sudah sangat sulit
dicari.
Sekali lagi, si Orang Kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia akan membeli monyet dengan harga Rp 500,000,- per ekor!
Namun, karena si Orang Kaya harus pergi ke kota karena urusan bisnis. Asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya.
Dengan tiada kehadiran si Orang Kaya, si Asisten pun berkata pada penduduk desa: “Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang
dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp 350,000,- / ekor dan saat si Orang
Kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si Orang Kaya dengan harga Rp 500,000,
Bagaimana…?”
Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka, menjual aset bahkan kredit ke bank dan membeli semua monyet yang ada di kurungan.
Namun… Kemudian…
Mereka tak pernah lagi melihat si Orang Kaya maupun si Asisten di desa itu!
Itulah yang dikatakan orang sebagai “Monkey Bussiness”
Hati-hati ya teman teman , jangan terjebak “Monkey Business”
Seperti Janda Bolong,
Seperti ikan Arwana,
Seperti ikan Lohan,
Seperti batu Akik,
Seperti bunga gelombang cinta,
Seperti burung love bird,
Tokek
Koin 1000an gambar sawit dlsb
Strategi seperti ini biasanya dilengkapi juga dengan propaganda bisnis yang luar biasa dengan cara pameran-pameran, seminar-seminar dan event besar dengan harga-harga yang menggiurkan. Sehingga masyarakat banyak yang tertarik untuk ikut bermain di dalamnya. Padahal di event itu aktornya adalah para orang-orang kapitalis yang bersandiwara untuk memikat masyarakat banyak.
Jangan tergiur profit yang tidak masuk akal.
Reposted from:Teguh Basuki. (hma/rhd)
Lifestyle, Komunitas, Berita Populer,