Dua Anak Terluka Saat Perusakan Rumah Doa Umat Kristen di Padang

Dua Anak Terluka Saat Perusakan Rumah Doa Umat Kristen di Padang
Polisi langsung mengamankan rumah doa GKSI usai terjadi perusakan oleh sekelompok warga. (ist)

Padang, SERU.co.id – Sebuah rumah doa tempat pendidikan agama bagi anak-anak umat Kristen di Kelurahan Padang Sarai, Kota Padang, dirusak sekelompok warga, Minggu (27/7/2025) sore. Insiden mengakibatkan kerusakan fisik bangunan dan menyebabkan dua anak mengalami luka akibat pemukulan. Pihak kepolisian sudah menangkap sembilan orang terduga pelaku perusakan.

Pendeta Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Anugerah Padang, F Dachi mengatakan, serangan terjadi secara tiba-tiba sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu, ia sedang duduk bersama beberapa orang di teras rumah doa ketika tiba-tiba datang Ketua RT dan Lurah setempat memanggilnya ke belakang rumah.

Bacaan Lainnya

“Tak lama kemudian, sekelompok pria muncul sambil membawa kayu, batu dan pisau, serta meneriakkan seruan ‘bubarkan’. Para penyerang langsung melempari rumah doa dengan batu, memukul jendela kaca, dan merusak kursi serta barang-barang di dalam ruangan. Puluhan anak-anak yang sedang belajar agama Kristen di dalam rumah sontak berteriak ketakutan dan berlarian menyelamatkan diri,” seru Dachi, dikutip dari BBC, Senin (28/7/2025).

Dua anak berusia 11 dan 9 tahun tak luput menjadi korban pemukulan. Salah satu anak mengalami cedera pada kaki karena dipukul dengan kayu hingga sulit berjalan. Sementara anak lainnya mengalami luka di bagian bahu. Keduanya telah mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Salah seorang jemaat, Baja Baruhu (57) mengaku, insiden terjadi begitu cepat. Ia yang semula duduk di teras rumah doa mengaku terkejut ketika tiba-tiba beberapa pria datang dan berteriak menyuruh mereka bubar. Tak lama setelah itu, mereka melempar batu dan memukul-mukul jendela rumah doa tersebut.

“Saya langsung lari, tidak sempat menyelamatkan apa-apa. Mereka mengamuk begitu saja,” ujarnya.

Menanggapi insiden ini, Wali Kota Padang, Fadly Amran menyebut, kejadian tersebut sebagai bentuk kesalahpahaman warga. Ia menegaskan, rumah yang dirusak bukanlah gereja. Melainkan tempat belajar agama Kristen bagi siswa yang tidak mendapatkan pelajaran agama Kristen di sekolah umum.

“Insiden ini tidak terkait dengan isu SARA. Untuk tindakan pidana, kami serahkan kepada proses hukum,” ujar Fadly.

Ketua FKUB Padang, Salmadanis menyatakan, rumah doa tersebut awalnya digunakan oleh pendeta untuk mengajar anak-anak secara pribadi dari rumah ke rumah. Namun, beberapa pertemuan terakhir dilakukan di satu tempat sehingga tampak seperti kegiatan ibadah kelompok.

“Warga setempat tidak mendapat informasi resmi mengenai keberadaan rumah sebagai tempat pendidikan agama. Surat pemberitahuan sebenarnya sudah disiapkan, tapi tidak sampai ke tangan ketua RT atau RW,” jelasnya.

Wakapolda Sumatera Barat, Brigjen Pol Solihin mengatakan, pihaknya telah menangkap sembilan orang terduga pelaku perusakan. Berdasarkan bukti rekaman video yang tersebar di media sosial.

“Sembilan orang ini kami amankan karena ada bukti-bukti visual keterlibatan mereka. Tentunya penyelidikan akan terus berkembang,” kata Solihin, Senin (28/7/2025).

Solihin mengimbau masyarakat agar tidak main hakim sendiri. Semua harus diproses melalui jalur hukum. Siapa yang bersalah akan bertanggung jawab. (aan/mzm)

Pos terkait