Bakar Sate? Awas Cacing Hati !

Bakar Sate? Awas Cacing Hati !
Bakar Sate? Awas Cacing Hati !

Kota Malang, SERU.co.id – Saat Hari Raya Idul Adha, sebagian besar masyarakat dimanjakan mengkonsumsi daging hewan kurban sapi dan kambing dalam beragam jenis masakan. Namun, kebiasaan mengolah daging hewan kurban sebelum dikonsumsi perlu diperhatikan. Pasalnya, ditemukan beberapa daging hewan kurban mengandung Fasciola Hepatica (Fasciolosis), atau cacing hati.

Terutama bagi masyarakat yang doyan makan sate. Disarankan dimasak dulu, kemudian dibakar. Jika dibakar tanpa dimasak, dikhawatirkan cacing akan bermigrasi dan berkembangbiak ke dalam tubuh manusia. “Jika dimasak sempurna pada suhu tinggi, cacing akan mati. Namun jika dimasak tak sempurna seperti sate, dikhawatirkan akan berdampak pada kesehatan manusia,” tutur drh Hilda Sari, Kasi Kesehatan Hewan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang.

Bacaan Lainnya

Hilda menjelaskan, cacing hati tersebut berasal dari pakan rumput segar yang tidak dilayukan dulu. Sehingga ada telur cacing yang ikut dikonsumsi. Sementara hewan ternak juga tidak diberi obat cacing secara rutin. “Temuan sementara dari data yang masuk masih 63 persen. Belum bisa memastikan, naik atau menurun dari tahun sebelumnya. Jika ditemukan Fasciola Hepatica (Fasciolosis) atau cacing hati, hati hewan kurban harus dibuang. Karena tidak baik dikonsumsi, selain mengandung pasir, akan menyebabkan diare,” tambah Hilda, kepada SERU.co.id, Minggu (11/8/2019) malam.

Proses pemotongan hati hewan kurban sembari meneliti kelayakan daging hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). (rhd)

Disebutkan Hilda, data sementara dari 227 titik atau 63 persen tercatat populasi 975 ekor sapi, 3.087 ekor kambing, dan 195 ekor domba. Data akan terus bergulir hingga penyembelihan terakhir, Selasa (13/8/2019). “Hewan kurban yang terinfeksi cacing hati belum dipastikan, namun diperkirakan tidak sampai 50 persen. Tahun lalu tercatat 316 ekor dari 1.528 ekor hewan kurban terpapar Fasciola Hepatica (Fasciolosis), atau sekitar 20 persen,” ungkap Hilda, sembari menambahkan kegiatan pemeriksaan hewan dan daging kurban adalah wujud dari penjaminan keamanan pangan hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).

Sementara itu, Tim Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) mendapatkan beberapa temuan saat pemantauan pemotongan hewan kurban pada ratusan titik yang berada di wilayah Malang Raya, selama Minggu (11/8/2019). Tim FKH UB juga masih belum bisa memastikan berapa jumlah akhir temuan. Pasalnya, hingga berita ini ditulis, data belum final. “Masih belum final mas, nanti kami kabari lagi,” jawab Wakil Dekan Bidang akademik, drh Dyah Ayu Oktavianie MAP, Biotech, melalui sambungan seluler.

Dari temuan SERU.co.id di lapangan, salah satu tim FKH UB di Masjid Ar Rahman wilayah RW 19 Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, menemukan 11 ekor sapi dari total 14 ekor sapi terkena Fasciola Hepatica. Sementara 9 ekor kambing bersih tak ditemukan. “Ada 11 ekor sapi terkena fasciola hepatica, sedangkan hewan kurban kambing tidak ada. Bisa jadi cacing tersebut dari makanan, kurang bersihnya kandang, menempel di rumput, dan lainnya,” jelas Fadhilla Putri Wilujeng (FKH 2017), mewakili rekannya Ferdinand Aula Rega (FKH 2016) dan Diah Agustina (Fapet 2015). (rhd)

Pos terkait