Lombok, SERU.co.id – Pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), ditemukan meninggal sejak dilaporkan jatuh, Sabtu (21/6/2025) pagi. Tim SAR gabungan menemukan jasadnya di kedalaman sekitar 600 meter di lereng puncak Gunung Rinjani, Lombok, Selasa (24/6/2025). Berikut beberapa fakta terkait bantahan pemandunya, Ali Musthofa dan hasil autopsi Juliana.
Pemandu Membantah Meninggalkan Juliana
Juliana mendaki Rinjani dipandu oleh Ali Musthofa, seorang guide lokal yang dibayar Rp2,5 juta untuk memandu perjalanan. Ali menjelaskan, Juliana sempat berhenti untuk beristirahat saat mendekati puncak. Sementara ia melanjutkan perjalanan bersama lima pendaki lainnya.
“Saya menunggu sekitar 3 menit, saya tidak meninggalkannya begitu saja. Setelah berjalan sekitar 15 hingga 30 menit dan Juliana tak kunjung menyusul, saya kembali ke titik istirahat sebelumnya,” seru Ali.
Ali menlanjutkan, usai sampai di titik istirahat, Juliana sudah tak ada. Ia baru menyadari keberadaan Juliana ketika melihat cahaya senter dari dasar jurang dan mendengar suara minta tolong.
“Saya lihat cahaya senter sekitar 150 meter di bawah dan mendengar dia minta tolong. Saya segera hubungi pihak operator untuk meneruskan ke Tim SAR,” ujar Ali.
Ali mengaku tidak mampu melakukan penyelamatan sendiri dan hanya bisa menunggu bantuan datang.
Juliana Meninggal dalam Waktu Singkat
Hasil autopsi dari RS Bali Mandara menyebutkan, Juliana meninggal karena benturan benda tumpul menyebabkan luka serius, terutama di bagian dada belakang. Dokter forensik, Ida Bagus Putu Alit mengungkapkan, luka tersebut merusak organ vital pernapasan. Disertai pendarahan hebat di rongga tubuh.
“Luka terparah ada di bagian dada belakang. Itu yang menyebabkan kematian secara langsung. Terdapat luka lecet geser di sekujur tubuh. Termasuk di kepala, punggung, serta tangan dan kaki. Namun, luka di kepala tidak sampai menyebabkan herniasi otak,” kata Alit, Jumat (22/6/2025).
Waktu kematian diperkirakan maksimal 20 menit setelah korban mengalami luka. Artinya, Juliana meninggal dalam waktu yang sangat singkat setelah jatuh.
“Kami simpulkan korban meninggal dunia tidak lama setelah jatuh. Tidak ada indikasi sempat bertahan hidup dalam waktu lama,” kata Alit.
Dipastikan Bukan Hipotermia
Berdasarkan hasil pemeriksaan, tim forensik memastikan, hipotermia bukan penyebab kematian. Tidak ditemukan tanda-tanda luka khas akibat suhu dingin ekstrem. Seperti perubahan warna pada ujung jari.
“Tidak ada luka berwarna hitam di jari. Artinya tidak ada hipotermia,” tegas Alit. (aan/mzm)