Dukung Kartinian Nang Kayutangan, Wali Kota Malang: Ajang Melestarikan Batik dan Kebaya

Para peserta Kartinian Nang Kayutangan, dengan bangga menampilan street walk berbatik dan berkebaya. (ws13) - Dukung Kartinian Nang Kayutangan, Wali Kota Malang: Ajang Melestarikan Batik dan Kebaya
Para peserta Kartinian Nang Kayutangan, dengan bangga menampilan street walk berbatik dan berkebaya. (ws13)

Malang, SERU.co.id – Wali Kota Malang mengapresiasi event bertajuk Kartinian Nang Kayutangan. Menurutnya, event tersebut merupakan ajang pelestarian budaya yang dapat meningkatkan daya tarik Kayutangan Heritage.

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengungkapkan, event tersebut digelar dalam rangka menyambut Hari Kartini. Para peserta mengenakan baju batik dan kebaya sebagai simbol kecintaan terhadap budaya lokal asli Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Ada keunikan dan gebrakan menarik, tentang event pelestarian budaya yang bisa kita tampilkan. Untuk itu, saya mengapresiasi dan mendukung acara ini,” seru Wahyu, Minggu (20/4/2025).

Lebih lanjut, Wahyu mengungkapkan, para peserta tidak hanya mengenakan batik atau kebaya. Namun juga ada penampilan street walk dan peragaan di Kayutangan Heritage.

“Tadi penampilannya luar biasa. Mereka mengenakan kebaya dan batik, dengah mayoritas peserta ibu-ibu,” beber Wahyu

Politisi Gerindra itu mengatakan, keberadaan event ini meningkatkan daya tarik kunjungan ke Kayutangan Heritage. Selain menampilkan budaya luhur, para pegiat seni, budaya dan batik mengedukasi pengunjung mengenai tata cara  menggunakan pakaian adat.

“Kebaya dan batik kita sandingkan dengan Heritage untuk sebuah keserasian. Momen ini menjadi ajang membudayakan pakaian yang sopan di Kayutangan,” ungkapnya.

Wali Kota Malang mengapresiasi event Kartinian Nang Kayutangan. (ws13)

Sementara, penggagas acara Kartinian Nang Kayutangan, Ki Demang menjelaskan, acara ini memiliki nilai edukasi dan moral. Pasalnya, ia menyayangkan banyak orang belum bisa membedakan jenis kebaya dan seringkali memakainya dengan kurang sopan.

“Selama ini banyak yang menyalahgunakan kebaya maupun jarik dengan cara yang tidak sopan. Banyak yang belum tahu, jenis kebaya untuk ritual, acara formal dan lain-lain. Ada juga yang memakai kain jarik di atas lutut, itu tidak sopan,” tutur penggagas Kampung Budaya Polowijen (KBP) ini.

Ki Demang ingin mengajak masyarakat untuk melestarikan pakaian adat, seperti kebaya yang kini sudah diakui UNESCO. Dalam acara ini, terdapat sekitar 20 komunitas yang terlibat memeriahkan acara.

“Ada komunitas pelestari kebaya, komunitas pelestari sanggul, komunitas pembatik dan lain-lain ikut memeriahkan acara. Kegiatan Kartinian Nang Kayutangan digelar di sini untuk merayakan bersama Hari Kartini dan pelestarian budaya,” ucap budayawan pemilik nama asli Isa Wahyudi ini.

Ki Demang mengakui, edukasi penggunaan kain jarik maupun lain-lain sudah sering diberikan, seperti ketika Hari Batik. Meski demikian, pihaknya ingin menyajikan edukasi dengan cara berbeda kali ini.

“Kali ini harus siap untuk melakukan fashion, bagi pengrajin maupun para modelnya. Kebetulan acara ini disupport oleh model, sehingga model itu yang bisa memperagakan semuanya, agar masyarakat mengerti dan tidak salah lagi,” pungkas Ketua Pokdarwis 23 Kampung Tematik di Kota Malang ini. (ws13/rhd)

Pos terkait