Malang, SERU.co.id– Guru MI (Madrasah Ibtidaiyah) di Kromengan, Subhan yang dilaporkan karena memukul muridnya menggunakan pipa air mengaku salah dan meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan. Dan mengaku dirinya hanya mendisiplinkan muridnya saja tanpa ada niat lainya atau menganiaya korban.
Subhan menjelaskan, kronologi pemukulan tersebut bermula saat dirinya sebagai guru Seni Budaya dan Kesenian SBK dan Agama Islam mulai mengajar di kelas sekitar pukul 07.00 WIB, kemudian menyapa dan memberikan materi kepada anak-anak. Dan sempat melihat dan melerai korban bertengkar dengan anak didik lainnya.
Dirinya mengaku, setelah perkelahian antara dua anak tersebut, dirinya dan salah satu gurunya lagi sepakat untuk memisahkan tempat duduk korban dengan teman yang berkelahi sebelumnya hingga pelajaran berjalan lancar. Subhan mengaku, mengajak anak – anak didiknya di kelas 5 itu untuk pergi ke area persawahan untuk mencari inspirasi.
“Saya memberi reward kepada anak didik saya kalau selesai mengumpulkan, kita jalan-jalan ke pematang sawah gitu untuk mencari inspirasi,” seru Subhan, saat dikonfirmasi SERU.co.id.
Baca juga: Pukul Siswa Karena Berkata Kotor, Guru MI di Kromengan Dilaporkan Polisi
Setelah kegiatan itu rampung, dirinya mengajak para siswa untuk kembali ke dalam kelas sekitar pukul 11.00 WIB. Di saat di dalam kelas tersebut, keadaan para murid memang agak gaduh dan ada salah satu murid yang membawa satu potong paralon kurang lebih dengan panjang 40 centimeter.
“Saya nggak tahu itu memungutnya dari mana. Itu saya rampas, saya amankan biar nggak buat pukul-pukulan. Setelah itu, terus terang saya acung-acungkan ke murid, agar murid itu diam dan nggak gaduh,” bebernya.
Setelah itu para siswa diam kecuali korban yang masih ramai dengan sendirinya. Melihal hal itu, dirinya berusaha menenangkan korban dengan memintanya untuk tenang untuk beberapa kali, tetapi tetap tidak digubris dan korban sempat melawan gurunya serta mengumpat.
“Saya beritahu, dia agak melawan, akhirnya setelah itu terdengar kata-kata dia misuh, akhirnya saya pukul. Memperingatkan, bukan untuk menyakiti. Satu kali saja saya memukulnya. Setelah kejadian itu saya minta maaf ke A, mau lihat nggak boleh (luka),” terangnya.
Dia mengaku, setelah memukul korban pipa tersebut langsung dipukulkan di atas meja kemudian pecah dan sempat mengenai ke salah satu siswanya. Anak tersebut sempat bilang ke Subhan jika terkena pecahan paralon dan mengajaknya untuk diobati di ruang kantor, namun anaknya menolaknya.
“Anaknya bilang nggak papa. Akhirnya yaudah kalau nggak papa, duduk aja. Akhirnya saya ke A lagi, saya juga minta maaf, tapi dia mau saya lihat, dia memberontak. Dia nggak mau dilihat. Setelah itu saya diamin dan teruskan belajar,” ungkapnya.
“Setelah itu saya akhirnya pulang. Mau pulang pun A saya tanyai, ‘ta sakit? Kalau sakit ayo diobati ke kantor’. Intinya seperti itu,” imbuhnya. (wul/ono)