Jakarta, SERU.co.id – Pertemuan mantan Presiden Joko Widodo dan Presiden Prabowo Subianto di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (6/12/2024), mencuri perhatian publik. Dalam suasana hangat, keduanya menikmati santap malam sembari berbincang. Namun, di balik pemandangan akrab itu, berbagai spekulasi politik bermunculan.
Dengan menggunakan batik, Jokowi dan Prabowo terlihat semeja di tengah beragam hidangan. Pertemuan hangat tersebut diabadikan dalam unggahan di Instagram @jokowi.
“Terima kasih atas santap tadi malamnya, Bapak Presiden Prabowo. Berkunjung ke kediaman Bapak Prabowo di Kertanegara sambil berbincang dan menyantap makan malam. Semoga Bapak sukses dan sehat selalu,” seru Jokowi dalam postingan terbarunya, Sabtu (7/12/2024).
Saat ditanya awak media, Jokowi menyebutkan, kedatangannya sebagai kunjungan balasan dan kerinduan. Ia kemudian menyinggung kedatangan Presiden Prabowo saat mampir ke Solo.
Namun, pesan ini membuka pintu spekulasi mengenai hubungan Jokowi dengan PDIP dan kemungkinan manuver politiknya. Sebelumnya, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto secara tegas menyatakan, Jokowi dan keluarganya tak lagi menjadi bagian dari PDIP.
“Pak Jokowi dan keluarga sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDI Perjuangan. Cita-cita partai kami tidak lagi sejalan dengan praktik politik beliau,” ujar Hasto (24/11/2024).
Pernyataan ini menandai eskalasi konflik internal PDIP dan menyudutkan posisi politik Jokowi pasca-kepresidenannya. Jokowi merespons pernyataan Hasto itu dengan menyebut PDIP sebagai partai perorangan.
“Ya berarti partainya perorangan,” kata Jokowi saat ditemui di salah satu rumah makan di Sumber, Banjarsari, Solo, Kamis (5/12/2024).
Usai pertemuan santap malam, Prabowo mengisyaratkan keterbukaan Gerindra terhadap Jokowi.
“Kalau Gerindra terbuka, tapi kami tidak bisa memaksa beliau masuk,” ujar Prabowo.
Pengamat politik Hendri Satrio menyebut, pertemuan ini bisa dimaknai sebagai langkah Jokowi mencari perlindungan politik kepada Prabowo.
“Ini juga untuk melindungi keluarganya dari tekanan politik setelah sanksi PDIP,” kata Hendri.
Namun, Hendri juga melihat dilema yang dihadapi Prabowo. Sebagai pemimpin nasionalis, Prabowo harus menyeimbangkan kepentingan nasional dengan hubungan baiknya dengan PDIP. Isu ini diprediksi mendorong pertemuan lanjutan antara Prabowo dan Megawati untuk memastikan stabilitas politik. (aan/ono)