Mataram, SERU.co.id – Kasus pelecehan seksual oleh I Wayan Agus Suartama (22), seorang pemuda difabel tanpa tangan, terus memicu keprihatinan publik. Modus pelaku diketahui menggunakan manipulasi emosional terhadap korbannya. Mayoritas korban adalah mahasiswi, perempuan muda berjilbab dan anak di bawah umur, hingga kini jumlah korban terus bertambah.
Agus dikenal memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi. Psikolog Lale Justin Amelinda Elizar menilai, meskipun difabel, Agus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Agus kerap memanfaatkan kelemahannya untuk menarik simpati korban.
“Dengan keterbatasannya, dia memiliki kelebihan lain. Namun sayangnya digunakan untuk jalan yang salah,” seru Justin, Rabu (4/12/2024).
Modus yang digunakan Agus melibatkan pendekatan emosional terhadap korban yang dianggap rentan. Menurut Justin, korban sering kali perempuan yang terlihat polos, berjilbab dan sendirian. Agus diduga melakukan observasi intens sebelum menentukan targetnya.
“Ketika perempuan merasa sangat ingin dimengerti, Agus menggunakan hal itu sebagai senjata untuk memanipulasi mereka,” jelas Justin.
Pemilik Nang’s Homestay di Mataram, Shinta mengungkapkan, Agus kerap membawa perempuan berbeda ke homestay miliknya. Para perempuan tersebut biasanya keluar dalam keadaan panik, bahkan menangis. Salah satu korban bahkan mengaku diminta untuk membuka celana dengan ancaman pembongkaran aib.
“Yang bikin kami curiga, sering ada perempuan keluar kamar terlihat panik, bahkan meminta tolong. Tapi, sebagai pemilik homestay, saya tidak bisa melaporkan, harus dari korban,” ujar Shinta.
Hingga kini, Polda NTB mencatat tiga mahasiswi telah melaporkan pelecehan yang dilakukan Agus. Namun, informasi dari Ketua Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB, Joko Jumadi menyebutkan, adanya tiga korban lain yang masih di bawah umur. Informasi ini sedang dalam pendalaman.
“Selain tiga korban yang sudah di BAP, kami menerima informasi tentang tiga anak di bawah umur sebagai korban baru. Dugaan jumlah korban kemungkinan besar akan bertambah,” ungkap Joko.
Perwakilan dari Koalisi Anti Kekerasan Seksual NTB, Rusdin memastikan korban mendapatkan pendampingan hukum dan psikologis. Menurutnya, modus Agus menggambarkan bagaimana manipulasi psikologis dapat menjadi ancaman besar. Terutama bagi perempuan muda yang kurang memiliki pengalaman dalam menghadapi tekanan emosional.
Dosen Pembimbing Akademik (PA) Agus Buntung, I Made Ria Taurisia Armayani, menyayangkan aksi mahasiswanya itu. Bahkan ia mengaku, tak kaget sebab Agus selama ini memang kerap berulah di kampus.
“Saya pernah didatangi Dinas Sosial setempat karena Agus melapor bahwa saya tak menginginkan ia berkuliah. Agus ini berbohong, saya selaku dosen PA, permasalahan sebenarnya adalah Agus menunggak Uang Kuliah Tunggal (UKT). Padahal Agus sudah menerima pencairan beasiswa KIP-K,” pungkasnya (aan/mzm)