Kasus Gondongen di Kabupaten Malang Tahun 2024 Mencapai 2001 Kasus

Ilustrasi gondongen. (ist) - Kasus Gondongen di Kabupaten Malang Tahun 2024 Mencapai 2001 Kasus
Ilustrasi gondongen. (ist)

Malang, SERU.co.id – Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan dari 39 Puskesmas di Kabupaten Malang, penderita Gondongen dari Januari-September 2024 mencapai hingga 2.001 kasus. Dimana paling banyak yang mengidap Gondongen tersebut adalah anak-anak berusia 5 hingga 9 tahun.

Plt. Kepala Dinkes Kabupaten Malang, Nur Syamsu Dhuha menjelaskan, penyakit yang mengakibatkan pembengkakan kelenjar parotis yang disebabkan infeksi virus paramyxovirus tersebut mengalami kelonjakan di bulan September mencapai angkanya 792 kasus.

“Di 39 Puskesmas di Kabupaten Malang semua ada kasusnya, yang paling banyak ini ada di Kecamatan Pakis. Terakhir datanya ada 189 kasus,” seru Syamsu beberapa waktu lalu.

Syamsu menjelaskan, kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar dari tiga kelenjar ludah utama. Penyakit ini ditandai dengan pembengkakan pada area wajah, tepatnya pada area di bawah telinga dan kategori dalam penyakit menular.

“Proses penularannya pun sama dengan penularan flu, yaitu melalui percikan air liur atau ludah, batuk dan bersin maupun bernapas. Gondongan rentan pada anak usia 2 sampai 14 tahun,” terangnya.

Dikatakan Syamsu, untuk mengendalikan penyebaran penyakit tersebut, Dinkes melakukan beberapa pencegahan. Seperti sosialisasi dan edukasi tentang parotitis atau gondongan di sekolah, melakukan surveilans aktif di sekolah melalui jejaring UKS. Kemudian membatasi interaksi (meliburkan) siswa, pendidik dan tenaga kependidikan yang dinyatakan sakit parotitis atau gondongan di sekolah sekurang-kurang dalam 7 hari sejak munculnya gejala sakit (gejala klinis).

Selanjutnya, menggunakan masker bagi warga sekolah yang ditemukan parotitis atau gondongan sampai dengan 7 hari setelah kasus terakhir sembuh, melakukan cuci tangan setelah bersentuhan dan berada pada lingkungan berisiko sebelum melakukan aktifitas lain dan menjaga jarak interaksi dengan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan yang sakit.

Dari data yang ada, anak dari usi 1-4 tahun sebanyak 146 kasus, 10-14 tahun 499 kasus,10-14 tahun ada 499 kasus,15-19 tahun 113 kasus.Sedangkan orang dewasa 20-44 tahun diangka 208 kasus, 45-54 tahun sebanyak 16, 55-59 tahun 8 kasus, 60-64 tahun 5 kasus, 65-69 tahun 8 kasus dan 70 tahun sebanyak 2 orang. (wul/mzm)

Pos terkait