Malang, SERU.co.id – Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, angka penderita penderita gagal ginjal di Kabupaten Malang tahun 2023 mencapai 1.283 jiwa. Para penderita memiliki usia di atas 15 tahun. Hal tersebut dipicu karena pola hidup yang dijalani tidak sehat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Nur Syamsu Dhuha menjelaskan, mayoritas penyakit tersebut sering diderita para lansia yang memiliki penyakit kronis, hipertensi dan diabetes. Namun beberapa waktu terakhir ini, banyak remaja yang justru turut menderita penyakit tersebut. Diduga hal tersebut terjadi karena pola hidup masyarakat yang saat ini tergolong kurang sehat.
“Gagal ginjal itu bisa terjadi karena gula berlebihan dan konsumsi garam berlebihan, sedangkan mengkonsumsi air putih kurang,” seru Syamsu, beberapa waktu lalu.
Salah satu contoh pola hidup yang tidak sehat tersebut adalah, seringnya mengkonsumsi makanan siap saji, instan dan banyak mengandung gula. Dimana dampak yang harus dialami para penderita adalah melakukan pengobatan seperti cuci darah.
“Dia sudah sering cuci darah karena gagal ginjal kronis (GGK),” paparnya.
Baca juga: Ratusan Korban Gagal Ginjal Akut Terima Santunan dari Pemerintah
Diterangkan Syamsu, penyakit gagal ginjal ini terbagi menjadi dua jenis, yakni gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal akut dikatakan Gatot, itu apabila suatu hari ada penurunan fungsi ginjalnya. Namun setelah beberapa hari atau minggu, ginjal tersebut akan kembali normal.
“Ini namanya akut mendadak. Nah satu hari dua hari seminggu bisa normal kembali. Gejala yang dirasakan bisa lemas, capek dan sebagainya,” bebernya.
Sedangkan untuk gagal ginjal kronis, para penderita biasanya memiliki riwayat diabetes, hipertensi, maupun lupus. Sehingga mengganggu fungsi kerja saluran kemih, sehingga dapat mengakibatkan urin yang seharusnya dikeluarkan dari dalam tubuh kembali masuk ke dalam tubuh.
“Karena tersumbat urinenya kembali lagi, gak bisa turun gak bisa keluar. Nah itu bisa menyebabkan penyakit ginjal,” tuturnya.
Dikatakan Syamsu, salah satu faktor kelainan ukuran ginjal yang lebih kecil dibanding rata-rata juga dapat mengakibatkan orang tersebut mengalami gagal ginjal.
“Ada gagal ginjal turunan. Dari orang tua turun ke anak. Ditambah gaya hidup timbullah gagal ginjal” tuturnya.
Dirinya mengungkapkan, penyakit gagal ginjal di Indonesia adalah gagal ginjal kronis yang pemicunya lantaran ada penyakit penyerta. Dirinya berpesan, agar masyarakat sering-seringlah tes kesehatan ke Puskesmas terdekat dan mengurangi mengkonsumsi makanan siap saji. Terutamanya yang mengandung lemak dan kadar gula tinggi.
“Gula bisa diabetes. Diperiksa 200 terus akhirnya mengental akhirnya mengurangi fungsi ginjal. Sama dengan orang kelebihan garam. Tensinya tinggi terus. Makanya sudah punya penyakit harus dikendalikan dengan minum obat,” bebernya. (wul/ono)