Malang, SERU.co.id – Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) gelar Communication UMM Film Exhibition (CUFE) 2024. CUFE edisi kedua tersebut diharapkan menjadi ajang mengasah kemampuan dalam bidang produksi film. Lewat 11 film bertema kebahagiaan, CUFE 2.0 ingin memberikan potret kebahagiaan berbeda bagi penonton.
Project Manager CUFE 2024 Nadeleine Creative, Anzalna Ananda mengatakan, kegiatan ini merupakan kolaborasi mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM praktikum Public Relations 3 dan Audio Visual 3. Tujuannya untuk mengapresiasi karya mahasiswa dan mendistribusikannya.
“Lewat kegiatan ini, diharapkan bisa memberi ruang untuk memperkenalkan kemampuan dan bakat mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM. Terutama dalam bidang produksi film kepada khalayak luas,” seru Nanda di Malang Creative Center (MCC).
Lebih lanjut, Nanda menyampaikan, CUFE 2.0 terdiri dari dua sesi, yaitu penayangan film dan awarding. Lewat film bertema kebahagiaan, mahasiswa ditantang membuat film pendek berdurasi 15 menit.
“Total ada 11 film dari 11 production house dan saya dengar budget maksimalnya Rp10 juta. 11 film ini akan dinilai juri dari dosen UMM untuk kemudian memperebutkan 16 kategori. Mulai dari film terbaik, sutradara terbaik, aktor terbaik dan kategori lainnya,” terang mahasiswa Ilmu Komunikasi ini, Kamis (27/6/2024).
Nanda menilai, awarding tersebut penting untuk memotivasi para mahasiswa agar terus berkarya. Bahkan berani terjun ke dunia perfilman profesional.
“Kegiatan ini pertama kali diadakan tahun 2022 di gedung kesenian Gajayana. Namun sempat terhenti pada 2023 karena ada perubahan dari praktikumnya. Tahun ini diadakan di MCC yang merupakan tempatnya ide dan kegiatan kreatif,” ujarnya.
Salah satu sutradara, Ananda Reza mengungkapkan, kegiatan ini penting untuk mengenal lebih jauh tentang dunia perfilman. Lewat film berjudul ‘Jam Makan’ ia ingin menegaskan, bahagia tidak selalu tentang canda tawa. Tidak lupa, ia dan kelompoknya juga harus bahagia.
“Film yang saya tulis dan sutradarai sendiri bercerita tentang sosok ibu yang menutupi fakta. Sang anak marah terhadap ibunya saat tahu ayahnya meninggal karena menyumbangkan jantung untuknya. Saat ibunya sakit, sang anak sadar betapa indahnya menghabiskan hari bersama sang ibu,” cerita Reza.
Salah satu penonton, Izzuddi bercerita, film berjudul ‘Shalana’ relate sekali dengan kehidupannya. Ia mengaku saat ini juga sedang berada di fase mencintai seseorang dalam diam.
“Terkadang, membayangkan orang yang kita cintai juga mencintai kita adalah kebahagiaan. Meskipun kebahagiaan itu hanya fatamorgana. Yang penting bisa bikin senang dan senyum sendiri sudah cukup,” pungkasnya. (afi/ono)