Bedah Buku ‘Balaikota Menulis’ Warnai Pameran 110 Buku Paling Berpengaruh di Kota Malang

Bedah Buku 'Balaikota Menulis' Warnai Pameran 110 Buku Paling Berpengaruh di Kota Malang
Bedah buku menghadirkan berbagai ahli untuk membahasnya dari berbagai perspektif. (afi)

Malang, SERU.co.id Buku ‘Balaikota Menulis’ dibedah di Malang Creative Center, Jumat (19/4/2024). Bedah buku tersebut diwarnai pembukaan pameran 110 buku paling berpengaruh di Kota Malang kurun waktu 1914-2024. Harapannya, buku tersebut menjadi awal peningkatan literasi di Kota Malang.

Sekretaris Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang, Fitria Noverita SSos MAp mengatakan, kegiatan bedah buku ‘Balaikota Menulis’ terselenggara dengan baik. Apresiasi tinggi pun diberikan kepada para penulis.

Bacaan Lainnya

“Kota Malang punya banyak sejarah dan kejadian, sehingga penting diaktualisasikan dalam tulisan. Semoga literasi Kota Malang lebih baik lagi dan bisa bermanfaat untuk semua orang,” seru Fitria, membuka acara, Jumat (19/4/2024).

Acara dibuka oleh Ketua IKAPI Kota Malang sekaligus pemilik MNC Publishing. Kemudian buku dibedah oleh empat ahli dari bidang arsitektur, sejarah, budaya dan proses kreatifnya.

Bedah Buku 'Balaikota Menulis' Warnai Pameran 110 Buku Paling Berpengaruh di Kota Malang
Buku ‘Balaikota Menulis’ karya ASN dan Pejabat di Pemkot Malang dipamerkan di Malang Creative Center. (afi)

Inisiator ‘Balaikota Menulis’, Agung H Buana mengungkapkan, ide menulis ini datang dari keinginan para ASN untuk berbuat lebih banyak kepada Kota Malang. ASN menulis perlu terus digalakkan. Meskipun banyaknya tugas dan tagihan-tagihan.

“Kami sengaja tidak memberikan tema khusu untuk membebaskan menulis apa saja. Bebas mau menulis sejarah, lingkungan, kuliner, profesi kreatif dan lainnya. Seharusnya pemetaan seharusnya bisa dilakukan agar semakin banyak tema yang bisa digali,” bebernya.

Ahli arsitektur, Ir Budi Fathony MTA mengungkapkan, setiap kota memiliki karakter bangunan tersendiri. Untuk Kota Malang, arsitekturnya disesuaikan dengan kondisi geografisnya.

“Makanya setiap kota tidak sama gaya arsitekturnya, seperti Kota Malang dan Bandung meskipun satu arsitek. Namun mengurusi bangunan tua kayak ngurusin orang tua,” ujar Dosen Arsitektur ITN Malang ini.

Sementara itu, Sejarahwan, Dr Reza Hudiyanto mengatakan, dari kacamata sejarah menilai cover buku bagus. Ditambah kertasnya dari hvs putih sehingga lebih terang.

“Pemilihan gambar balaikota sebagai salah satu identitas Kota Malang. Juga dapat dimaknai asal penulis, yakni dari Pemkot Malang. Jadi bagus dulu, baru dibeli orang,” tegasnya.

Terakhir, Budayawan dan penulis, Abdul Malik mengaku, tulisan di buku ‘Balaikota Menulis’ masih jauh dari yang diharapkan. Tulisan-tulisannya belum menjangkau banyak hal, seperti jejak Lekra di Kota Malang.

“Sebuah buku terbit pada era Pj Wali Kota Malang merupakan satu prestasi membanggakan. Karena satu kota bisa diukur dari seberapa banyak warganya peduli dengan literasi. Buku ini pun menjadi bukti kepedulian dan membuka pemikiran-pemikiran,” pungkasnya.

Pameran 110 Buku Paling Berpengaruh di Kota Malang kurun waktu 1914-2024 berlangsung pada Jumat-Minggu (19-21/4/2024). Untuk Sabtu-Minggu (20-21/4/2024) dimulaip ukul 10.00-20.00 dan terbuka gratis untuk umum. (afi/rhd)

disclaimer

Pos terkait