Suatu hari Papa meninggal dan meninggalkan tujuh hati yang berat dan menangis. Bagaikan lagu tanpa nada, kehidupan dan lemari kosong tanpa Papa. Mama hampir tidak punya uang dan terpaksa menerima penghuni asrama untuk mendapat penghasilan tambahan dan anak-anak akhirnya bisa menyelesaikan sekolah.
Mildred telah menjadi guru piano dan komposer berbakat. Saat Patty telah lulus sekolah, dia memikirkan pertanyaan Papa saat masih hidup.
“Bagaimana kamu akan menyalakan lampu dunia ketika sudah dewasa?” tanya mendiang Papa saat itu.
Baca juga: Kenali Happy Hypoxia, Kematian Tanpa Gejala Pasien Covid-19
Patty bertanya-tanya apa yang mungkin dia lakukan. Lalu suatu hari dia membaca pemberitahuan di Louisville Courier Journal: Taman Kanak-Kanak Gratis.
Patty pun akhirnya menjadi guru Taman Kanak-Kanak. Dia melihat sekolah sebagai taman, sedangkan guru sebagai tukang kebun dan anak-anak sebagai bunga yang belajar dan tumbuh secara alami.
Setiap pagi Patty mengumpulkan siswa dari rumah petak miskin. Mengenakan pakaian bersih kepada anak-anak dan menggiring anak-anak ke dalam lingkaran besar untuk belajar. Patty merasa kewalahan, tapi ia mencoba mengerti bahwa untuk mengajar seorang anak ia harus menjangkau anak itu melalui permainan anak itu sendiri.
Patty menangis, melihat apa yang hilang di Taman Kanak-kanak, yaitu lagu untuk diajarkan sambil bermain. Patty yakin dia dan Mildred bisa menulis lagu untuk anak-anak. Dia menulis empat baris untuk menyambut seorang anak di ruang bermain teman-temannya setiap pagi.
