Totalitas Pemuda Shiddiqiyyah Bedah Rumah Syukur Layak Huni Warga Tak Mampu

Para santri dan keluarga Ari Widarko, di depan rumah yang hampir rampung dibedah. (rhd) - Totalitas Pemuda Shiddiqiyyah Bedah Rumah Syukur Layak Huni Warga Tak Mampu
Para santri dan keluarga Ari Widarko, di depan rumah yang hampir rampung dibedah. (rhd) - Totalitas Pemuda Shiddiqiyyah Bedah Rumah Syukur Layak Huni Warga Tak MampuPara santri dan keluarga Ari Widarko, di depan rumah yang hampir rampung dibedah. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Totalitas Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah (Opshid) Forum Ketuhanan Yang Maha Esa (FKYME) patut dicontoh. Dalam pelaksanaan program bedah rumah ‘Santunan Nasional Rumah Syukur Layak Huni Shiddiqiyyah’. Salah satunya, bedah rumah milik Ari Widarko (44) di Jalan Polowijen 2 Gang Jibris RT 2 RW 4, Blimbing, Kota Malang.

Ketua DPD Opshid FKYME Malang, Ahmad Munir, mengatakan, program bedah rumah ‘Rumah Syukur Layak Huni Shiddiqiyyah’ ini sekaligus mensyukuri Hari Sumpah Pemuda. Serta Hari Lahirnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

Bacaan Lainnya

“Pada momen Hari Sumpah Pemuda dan Lahirnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya tahun ini ada lima rumah yang dibedah. Atau dibangun mulai dari nol di Malang Raya melalui program tersebut,” seru Munir, didampingi Sekretarisnya Eko.

Baca juga: Kodim 0833 Kota Malang Bedah Rumah Warga Wonokoyo

Secara rinci disebutkan, satu rumah di Polowijen milik Ari Widarko, dua rumah di Karanganyar Poncokusumo buat kakak beradik. Selanjutnya satu rumah di Pagelaran Kanigoro milik Nuryasin, dan satu rumah terakhir di Ngantang Waturejo milik Budi Rianto.

Program bedah rumah ini diinisiasi oleh para santri dari Ponpes Majma’al Bahroin Hubbul Wathon minal Iman Shiddiqiyyah, Jombang. Tepatnya di Jalan Raya Ploso Babat No.82, Losari Rowo, Losari, Kec. Ploso, Kabupaten Jombang. Dimana kini para santri tersebar hampir di seluruh Indonesia. 

Pembangunan rumah ini murni bantuan dari Opshid atas perintah dari KH M Muchtar bin Haji Muchtar Mu’thi. Seluruh biaya ditanggung ponpes dan diperuntukkan untuk keluarga fakir miskin.

“Tujuan kami ingin berbagi kebahagiaan kepada sesama. Itu merupakan bimbingan kiai kami yang selalu mengajarkan untuk terus bersyukur dengan cara berbagi kebahagiaan,” lanjut Munir.

Tim Opshid FKYME melakukan survey dan memutuskan untuk membantu dan membedah mana rumah tidak layak huni (RTLH). Syarat penting untuk menerima bantuan bedah rumah adalah tanah milik sendiri atau bersertifikat, serta masuk golongan tidak mampu.

Sebelumnya, rumah milik Ari Widarko (44) yang ditinggali bersama istri dan tiga anaknya, merupakan rumah reyot. Meski berdinding batu bata, namun tanpa pondasi, tanpa rangka tembok maupun atap, hingga nyaris roboh.

“Rumah ini dibangun dengan bantuan para relawan santri sekitar 20 orang. Target pembangunan selesai 21 hari dan sekarang sudah masuk hari ke-15,” lanjut Munir.

Desain rumah yang dijadikan target bedah rumah usai direnovasi. (ist)

Di hari ke-15, rumah seluas 4×12 meter itu sudah nampak berdiri kokoh dengan 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang dapur dan ruang tamu. Tinggal pemasangan atap genting tanah liat, pemasangan keramik serta finishing. Uniknya, tenaga tukang dan mandor yang terlibat ikhlas tanpa dibayar.

“Desain rumah disamakan semua bagi penerimanya, bahkan bisa dikatakan standarnya lebih dari rumah layak huni pada umumnya. Kalau secara RAB itu sekitar Rp60 jutaan, itu belum termasuk konsumsi dan tenaga kerja. Kalau diuangkan bisa Rp100 jutaan, namun itu full donasi dari para santri, jadi ga bisa dihitung,” terangnya.

Tak hanya itu, Munir mengatakan, pihaknya siap memberikan bantuan perabotan, seperti kasur, kitchen set, dan meja kursi. Selain itu, juga menyiapkan paket usaha bagi pemilik rumah dan pemantauan perawatan rumah setiap pekan.

Baca juga: Pemkot Batu dan Istri Mendiang Munir, Teken MoU Pengelolaan Museum HAM

Sebagai informasi, khusus momen tasyakuran Hari Sumpah Pemuda dan Hari Lahirnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, telah dibantu 65 unit bedah rumah di seluruh Indonesia. Sebelumnya, saat momen Hari Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia telah dibangun 132 unit rumah yang dibedah.

Sementara itu, Ari Widarko mengaku, sangat bersyukur karena rumahnya dibangun dengan layak. Bahkan lebih layak jika dibandingkan bantuan rumah dari pemerintah.

“Seneng sekali terima kasih kepada organisasi Shiddiqqiyah yang sudah membantu saya menjadi rumah yang layak huni. Insyaallah sudah tidak lagi bocor kalau hujan, dan tidak takut roboh,” ungkap Ari, sapaan pria yang berprofesi buruh serabutan ini.

Diakuinya, rumah yang berdiri sebelumnya merupakan hasil menabung seadanya dengan perabotan pemberian tetangga. Dimana tanah yang ditempati merupakan hibah atau warisan dari ayahnya.

“Saya sudah 8 tahun di sini dengan kondisi rumah apa adanya. Saya berharap nanti bisa lebih nyaman dan layak,” tandasnya. (rhd)

Pos terkait