Viral, Menteri Bahlil Lahadalia Spontan Berikan Beasiswa dan Modal Kerja Maba UB

Menteri Bahlil Lahadalia bersama Ferdian, tos kesepakatan menjadi salah satu CEO di perusahaan milik Bahlil. (ist) - Viral, Menteri Bahlil Lahadalia Spontan Berikan Beasiswa dan Modal Kerja Maba UB
Menteri Bahlil Lahadalia bersama Ferdian, tos kesepakatan menjadi salah satu CEO di perusahaan milik Bahlil. (ist)

Malang, SERU.co.id – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia spontan memberikan beasiswa dan modal kerja kepada mahasiswa baru Universitas Brawijaya (maba UB). Beasiswa diberikan Bahlil saat didapuk menjadi narasumber Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MABA), Senin (14/8/2023).

Selain memberikan beasiswa dan modal kerja, Bahlil menyampaikan, materi tentang Kepemimpinan dihadapan 15 ribuan maba. Menurutnya, seluruh maba UB saat ini patut bersyukur, karena dapat diterima di salah satu universitas terbesar di Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Tidak mudah untuk dapat diterima di UB, apalagi siswa yang berasal dari daerah. Siswa dari daerah harus berjuang dan bersaing dengan siswa dari kota besar yang berlatar belakang lebih baik. Baik dari segi kehidupan, lingkungan dan ekonomi,” seru Bahlil, dalam QnA dihadapan maba PK2MABA UB.

Beberapa mahasiswa baru (Maba) UB penerima beasiswa dan modal kerja tersebut, di antaranya:
– Ferdian, mahasiswa yatim piatu asal Lamongan, beasiswa diberikan selama menempuh pendidikan di UB. Selanjutnya akan kontrak kerja CEO pada perusahaan Bahlil.
– Samuel, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) asal Ambon. Selain beasiswa, Bahlil juga menawarkan modal kerja sebesar Rp50 juta.
– Andre, mahasiswa difabel Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) kelahiran Nusa Tenggara Timur (NTT). Diberikan beasiswa dan modal merintis usaha di bidang aplikasi yang diimpikan Andre.

Setelah diterima, lanjut Bahlil, mahasiswa harus memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk mengembangkan diri. Pasalnya, berbagai materi dan teori dari dosen di kelas hanya 30 persen, sisanya harus dicari sendiri oleh mahasiswa di luar kelas. Salah satunya melalui organisasi yang ada di kampus untuk mempelajari jiwa leadership

“Salah satu yang paling penting adalah jiwa leadership atau kepemimpinan, dan itu didapat dari sebuah organisasi. Kepemimpinan ini adalah bagian terpenting yang nantinya mampu membuat seseorang berbeda dengan yang lain,” tegas pria yang mengaku lulus terlambat di usia 26 tahun, karena pendidikannya terhenti akibat keterlibatannya dalam kerusuhan Mei 1998 ini.

Menteri Bahlil Lahadalia bersama mahasiswa difabel Andre. (ist)

Menurutnya, Leadership adalah ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa atas dasar sebuah proses belajar kepemimpinan. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang bagus bukan jaminan keunggulan, jika tidak dibarengi dengan jiwa kepemimpinan yang baik.

“Saat masuk di perguruan tinggi, hal pertama yang saya cari adalah masuk ke dalam organisasi, salah satunya HMI. Disana saya belajar banyak tentang apa itu kepemimpinan atau leadership. IPK saya tidak sampai tiga, tetapi allhamdulilah saya memiliki banyak karyawan yang ber-IPK diatas tiga,” ungkap pemilik 10 perusahaan di berbagai bidang di bawah bendera PT Rifa Capital sebagai holding company.

Menjadi pengusaha dan Menteri Investasi tak pernah terbesit dalam benaknya, sebab dirinya bukanlah lahir dari keluarga berada. Ketika masih remaja, pekerjaan pertamanya sebagai penjual kue, kemudian menjadi kondektur bus dan akhirnya menjadi sopir angkot saat duduk di bangku SMA.

Bertahun-tahun kemudian, setelah ia lulus dari Port Numbay, ia dipekerjakan sebagai pekerja di Sucofindo, sebuah perusahaan milik negara. Bersama teman-temannya, ia kemudian mendirikan tiga perusahaan bernama PT Rifa Capital, PT Bersama Papua Unggul, dan PT Dwijati Sukses. Bahlil sendiri memiliki PT Rifa Capital Holding Company dan 10 perusahaan lainnya, dimana sebagian besar aktif di sektor transportasi dan properti.

“Berdasarkan pengalaman itu, saya berpesan agar kalian bukan hanya memperoleh IPK atau nilai yang baik. Namun juga terus pelajari dan dapatkan jiwa leadership dari berbagai organisasi yang baik di dalam kampus,” tandas pria kelahiran Banda, Maluku Tengah, Maluku, 7 Agustus 1976 silam. (rhd)

Pos terkait