Warga Sekitar TPA Talangagung Tak Terpengaruh Kelangkaan Gas Melon

contoh biogas yang sudah dipasang ke kompor di tpa talangagung, kecamatan kepanjen, kabupaten malang 11zon
Contoh biogas yang sudah dipasang ke kompor di TPA Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. (foto:ist)

Malang, SERU.co.id – Warga yang tinggal dekat tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Talangagung, Kecamapatan Kepanjen, Kabupaten Malang sangat terbantu dengan pembagian gas metan gratis untuk bahan bakar kompos gas atau biogas. Mereka sangat terbantu untuk kebutuhan masak memasak dan tidak terpengaruh krisis ketersediaan gas 3 kilogram atau gas melon di pasaran.

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)  Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, Renung Rubiyataji melalui seorang Staf TPA Rudi menjelaskan, setidaknya ada 300 warga yang sudah menggunakan kompor biogas ini. Menurut Rudi, inovasi kompor yang berasal dari gas metana tersebut sudah dilakukan sejal tahun 2009 lalu dan didistribusikan ke seluruh masyarakat sekitar lokasi TPA.

Bacaan Lainnya

“Kita sudah mulai dari 2009, kita kembangkan sedemikian rupa dengan teknologi seadanya, sehingga pada 2011 sudah dilaunching oleh Gubernur Jawa Timur,” seru Rudi.

Sementara itu salah satu warga Dusun Kasin yang mendapatkan gas gratis dari TPA Talangagung, Aniyatul mengatakan, dengan adanya biogas ini, ia sudah tidak kebingungan lagi mencari bahan bakas gas. Ia dan para tetangganya tidak perlu berburu di tengah kelangkaan gas melon.

“Sudah pakai gas ini (biogas) sejak dari awal, ya kira-kira sepuluh tahun yang lalu,” jelas Aniyatul.

Perempuan berusia 36 tahun itu mengatakan, dirinya tidak sepenuhnya menggunakan kompor biogas. Namun juga menggunakan gas LPG melon, yang hanya sebagai cadangan saja. Bahkan saat ini, sebuah LPG miliknya dalam keadaan kosong.

“Kebanyakan masaknya ya pakai kompor dari gas metan ini, LPG juga masih pakai, tapi dipakainya pas ada kemacetan di biogas aja,”tuturnya.

Dirinya mengaku, penggunaan kompor biogas ini sangatlah membantu dalam menghemat pengeluaran rumah tangganya. Dimana kadang kali dalam satu bulan, dirinya hanya menghabiskan satu tabung melon ukuran 3 kilogram saja.

Namun, ketika musim hujan tiba, wanita yang kerap disapa Ani itu akan lebih sering menggunakan kompor LPG. Dikarenakan, pipa yang mengaliri biogas terkadang terkendala kemasukan air hujan.

“Pas hujan kadang-kadang macet, ya bisa menyala sih, tapi nyala apinya kecil,” paparnya.

Selain irit, nyala api bio gas tidak jauh berbeda dengan gas LPG biasanya. Bahkan ketika kompor biogas lancar, nyala api semakin baik dari pada LPG. Selain tidak dikenakan biayaya sama sekali, pemasangan pipa untuk mengaliri biogas juga gratis. Karena, seluruhnya telah ditanggung oleh pengelola TPA Talangagung.

“Mulai dari pemasangan, sampai penggunaan sehari-hari tidak ada pungutan biaya, semuanya gratis,” imbuhnya.

Diketahui, biogas ini terdiri dari gas metana yang dihasilkan dari proses pengendalian tumpukan sampah di TPA Talangagung. Kemudian, dialirkan ke warga sekitar sebagai pengganti LPG melalui beberapa proses. (wul/ono)

 

Pos terkait