Boyolali, SERU.co.id – Tradisi unik digelar warga kawasan lereng Gunung Merapi, tepatnya Dukuh Mlambong dan Dukuh/Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Sabtu (29/4/2023). Mereka menyebutnya Bakdan Sapi atau Lebaran Sapi.
Pada H+7 Lebaran pagi, ternak sapi dimandikan dan diberi makan ketupat. Setelah itu, ternak dibawa berkeliling dukuh. Sebelum arak-arakan sapi berlangsung, ratusan warga menggelar kenduri ketupat di sepanjang jalan dukuh. Tiap warga membawa tenong berisi ketupat berserta lauknya untuk ditata di atas tikar yang sudah disediakan.
Setelah rangkaian do’a, dilanjutkan makan bersama. Para pengunjung dari luar daerah pun diajak makan bersama. Mereka lebih senang jika makanan yang dibawanya habis dimakan di tempat. Mereka berkeyakinan, semakin banyak makanan dimakan bersama, maka rezeki akan lancar.
Acara kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan sapi. Diawali Topeng Ireng, tarian khas lereng Merapi, disusul gunungan hasil bumi dan di belakangnya, arak-arakan sapi milik warga.
Sebagian besar ternak digiring oleh pemiliknya. Tak hanya pria saja, bahkan wanita dan anak- anakpun ikut menggiring sapi dengan memegang tali pengikat sapi. Ada pula sapi yang ditunggangi pemiliknya, utamanya sapi yang berbadan besar. Ada juga warga yang mengecat tubuh sapi dengan aneka warna.
Menurut Jaman, Ketua RW IV Desa Sruni sekaligus tokoh masyarakat setempat, tradisi Bakdan Sapi sudah secara turun-temurun dilakukan dan diikuti kurang lebih 500 ekor sapi. Diawali dengan tradisi kupatan oleh warga desa, yang kemudian ternak sapi dikeluarkan untuk dimandikan, tak lupa diberi wewangian serta dikalungi ketupat lalu diarak keliling kampung untuk bertemu sapi-sapi lain di desanya.
“Tujuannya adalah untuk mempererat persatuan dan kesatuan karena 98 persen penduduk sini adalah petani dan berternak sapi perah,” serunya.
Dijelaskan, ketika arak-arakan sapi berlangsung, maka sapi saling bertemu. Dampaknya, sapi yang awalnya belum bunting lalu timbul birahi dan bisa segera dikawinkan sehingga bunting. Lalu juga mitos yang dipercaya warga bahwa hasil bertani melimpah.
“Ada ratusan sapi dipelihara warga. Selain untuk diambil susu dan dagingnya, kotoran juga dimanfaatkan untuk pupuk tanaman,” ungkapnya.