Selain hama, para peternak juga dihadapkan dengan permasalahan cuaca. Di saat musim hujan yang berkepanjangan, jumlah Klelet akan semakin meningkat dan membuat para peternak kewalahan. Sedangkan di saat panas, lahan penggemukan harus lebih sering disiram agar cacing-cacing tidak turun kebawa tanah untuk mencari suhu yang lebih dingin.
Kastubi mengaku, harga cacing itu sekarang jauh lebih berkurang dibanding awal perkenalanya di desanya. Dulu dirinya sempat menjual satu kilogram cacing dengan harga Rp19 ribu. Sedangkan untuk saat ini harganya merosot hingga Rp15 ribu.
Namun dirinya menyebut, dalam waktu dekat ini akan ada kenaikan harga sebesar Rp1000. Lelaki berusia 48 tahun itu mengaku membeli cacing dari petani sebesar Rp10 ribu, kemudan akan dirinya jual dengan harga Rp15 ribu. Menurunnya keuntungan yang dirinya dapat Rp3-4 ribu sebagain akan disisihkan untuk uang kas.
Dimana nantinya uang tersebut dibuat berjaga-jaga ada keterlambatan pembayaran dari pembeli. Sehingga uang peternak tidak sampai terlambat dan minim kemungkinan tidak dibayar.
Menurut penuturannya, harga tersebut merosot jauh lantaran saat ini petani cacing sudah banyak menjamur. Sehingga, membuat stok cacing juga semakin banyak tidak seperti dulu.
“Sini hampir satu RW, ini untuk daerah sini aja. Daerah yang lain daerah-daerah sini juga banyak seperti Turen, Tajinan kemudian Bululawang banyak. Tapi yang terbesar sini di daerah Kasembon (desanya),” jelasnya.
Untuk pengiriman, menurut Kastubi banyaknya cacing tergantung dari permintaan konsumen. Untuk hari Rabu dan Sabtu, dirinya dapat dapat mengirim hingga 5 kwintal. Sedangkan di luar dua hari itu setidaknya masih 1-1,5 kwintalan cacing yang dikirim.
