Malang, SERU.co.id – Jelang perayaan Tahun Baru China, para pedagang pernak-pernik Imlek di pusat oleh-oleh tempat wisata Pesarean Gunung Kawi turut merasakan berkahnya. Menurut mereka, banyak pengunjung yang berbelanja di tokonya untuk persiapan hari besar umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa tersebut.
Salah satu pedagang pernak-pernik, Sirun mengaku, selepas pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, kini perokonomian wisata religi tersebut sudah kembali pulih. Ditambah lagi, jelang perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada, 22 Januari 2023 mendatang. Banyak orang yang berdatangan membeli pernak-pernik untuk menyambutnya.
“Pengunjungnya China (orang keturunan China) banyak, menjelangnya H-2,H-3 itu orang sudah berbelanja persiapan imlek,” seru Sirun, Jumat (13/1/2023) sore.
Dia mengatakan, pengunjung banyak yang mencari pernak-pernik seperti gantungan Yenpao Emas Uang Kuno Logam China. Yang dipercaya sebagai lambang kemakmuran dan penarik rezeki.
Selain itu, dirinya juga mendapatkan pesanan topi China yang berwarna hitam dan merah. Dia mengaku, dirinya juga menerima pesanan topi khas tersebut dalam jumlah ecer maupun grosir.
“Topi ini kalau kita ecer itu yang paling kecil harganya Rp40 ribu (diluaran), ngecernya kalau dari kita gak segitu,” terangnya.
Menurut Sirun, seperti tahun-tahun yang sebelumnya, pada hari H perayaan tersebut, pengunjung di Klenteng Kwan Im, yang berada di kawasan itu justru sepi para umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa. Namun, orang-orang asli daerah yang penasaran dengan suasana perayaan Imlek di Pesarean Gunung Kawi justru yang memadati lokasi itu.
“Menikmati suasana Imlek di Gunung Kawi, karena mereka yang luar Gunung Kawi. Kan ingin merasakan Imlek di Gunung Kawi,” paparnya.
Lelaki yang telah mengelola toko pernak-pernik sejak 20 tahun lalu itu menyebut, permintaan dupa atau hio yang merupakan alat persembahyangan digunakan oleh umat beragama khonghucu itu juga turut meroket.
“Dupa meningkat dibandingkan hari biasa, hari biasa kalau kita jual misalkan kalau kaya-kaya begini ini (menunjuk kemasan dupa). Kalau hari-hari biasa kita cuma laku beberapa, kalau sekarang ada peningkatan. Makanya kita setok ya banyak,” ulasnya.
Untuk saat ini, dirinya mengaku dupa yang dirinya jual sudah mengalami peningkatan mencapai 30 persen dan dirinya optimis akan mengalami peningkatan lagi seiring waktu yang mendekat hari perayaan tersebut.
“Nanti kalau pas hari H nya naik lagi 50-60 persen, lebih meningkat lagi,” jelasnya.
Sirun menjelaskan, dupa yang dirinya jual harganya bervariasi. Mulai dari Rp10-70 ribu, tergantung dari merk dan juga besar kecil kemasan. Dengan berbagai jenis bentuk seperti model lidi, kerucut dan lain sebagainya. (wul/mzm)