Malang, SERU.co.id – Di penghujung tahun 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat adanya inflasi sebesar 0,58 persen month to month (mtm) untuk Indeks Harga Konsumen (IHK). Sehingga inflasi Kota Malang secara year over year (yoy) tercatat 6,45 persen. Hal ini tak lepas oleh kenaikan harga dan permintaan barang dan jasa pada akhir tahun.
Jumlah tersebut lebih rendah dibanding inflasi Provinsi Jawa Timur yang mencapai 6,52 persen (yoy). Sedangkan, jika dibandingkan dengan inflasi nasional yang hanya 5,51 persen (yoy), inflasi Kota Malang lebih tinggi. Jika diurutkan, inflasi Kota Malang menduduki peringkat ke-3 di Jawa Timur, setelah Jember dan Surabaya.
“Inflasi yang terjadi tak lepas atas andil terbesar dari makanan minuman (mamin) dan tembakau sebesar 0,45 persen (mtm), kelompok transportasi sebesar 0,06 persen (mtm) dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,05 persen (mtm),” seru Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Samsun Hadi.
Sedangkan berdasar komoditas, inflasi dipengaruhi kenaikan harga beras dengan andil 0,06 persen (mtm). Hal itu baik di tingkat penggilingan maupun tingkat konsumen, seiring menipisnya pasokan beras yang tercermin dari semakin menipisnya Cadangan Beras Pemerintah (CBP), serta menurunnya luas panen dan produksi.
Tidak hanya beras, komoditas telur ayam ras turut andil sebesar 0,06 persen (mtm). Hal itu dipicu kenaikan biaya produksi pakan ternak penghasil telur selama momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Curah hujan tinggi juga menyebabkan berkurangnya pasokan hasil panen tomat dan cabai rawit. Untuk tomat, turun andil sebesar 0,05 persen (mtm), sedangkan untuk cabai rawit turut andil sebesar 0,04 persen (mtm) terhadap inflasi di Kota Malang.
“Di sisi lain, penurunan harga sejumlah komoditas berhasil menahan laju inflasi,” ucap Samsun, sapaan akrabnya.
