Nama : Nesha Elcyra Agustin
Kelas : Farmasi F.
Gempa bumi yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat pada Senin (22/11/22) siang merupakan gempa yang menggegerkan warga setempat. Gempa Bumi yang mengguncang daerah ini termasuk gempa yang tidak terlalu besar, dimana gempa tersebut hanya bermagnitudo 5,6. Menurut kepala pusat penanganan Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa gempa yang terjadi merupakan gempa yang berjenis tektonik kerak dangkal atau shallow crustal earthquake. Ia juga mengatakan bahwa struktur bangunan di wilayah tersebut tidak memenuhi standar huni. Hal itu dibuktikan dengan banyak rumah yang tidak memenuhi kriteria sebagai bangunan tahan gempa, serta banyak bangunan yang dibangun tanpa memperhatikan tatanan. Selain itu, banyaknya rumah penduduk yang berada di sekitar lereng gunung dan pengunungan juga menimbulkan efek getaran gempa, dan mengakibatkan kerusakan pada bangunan disekitar wilayah tersebut.
Gempa tersebut sebenarnya bukanlah gempa yang membunuh dan melukai. Akibat faktor utamanya adalah tatanan bangunan, menjadikan bangunan runtuh dan menimpa penghuninya, serta menyebabkan banyak korban yang berjatuhan. Sebelumnya juga pernah terjadi gempa di area yang sama pada tahun 2000 yang menimbulkan kerusakan hingga kurang lebih 1.900 rumpah penduduk rusak, diketahui gempa tersebut hanya bermagnitudo 5,4 dan 5,1 (kompas.com 22/11/22). Jika dilihat dari gempa sebelumnya, gempa yang terjadi tidak lebih dari 6,0.
Gempa Bumi yang mengguncang wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat tersebut dapat dirasakan oleh beberapa daerah sekitar seperti provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Pihak BMKG telah mencatat setidaknya sampai pada, Selasa (22/11/22) pukul 7.30 WIB sudah terjadi 122 gempa susulan yang mermagnitudo antara 1,5 sampai 4,1. Akibat dari gempa susulan tersebut setidaknya ada 2.343 rumah rusak. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan bahwa hingga senin malam BPBD mencatat 162 korban meninggal, 25 orang belum di temukan dan setidaknya kurang lebih 300 orang mengalami luka-luka. Sekitar 13.000 orang mengungsi ke beberapa wilayah yang lebih aman. BPBD juga melaporkan bahwa terdapat kerusakan pada beberapa infrastruktur yang ada disekitar daerah tersebut diantaranya, yaitu rumah-rumah warga, tempat ibadah, RSUD Cianjur, gedung-gedung pemerintah dan sarana pendidikan.
Selain itu, kepala BMKG Dwikorita Karnawati menghimbau masyarakat untuk mewaspadai bencana lanjutan, berupa tanah longsor dan banjir bandang usai guncangan gempa. Himbauan tersebut dikhususkan bagi masyarakat Cianjur yang bermukim di daerah lereng-lereng perbukitan dan di lembah atau bantaran sungai. Kemungkinan besar lereng perbukitan di Cianjur menjadi rapuh usai terjadinya gempa bumi. Hal ini dapat diperparah dengan tingginya intensitas hujan yang berpotensi mengguyur Cianjur. Ia meminta masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak, karena dikhawatirkan tidak kuat menopang dan ambruk jika sewaktu-waktu terjadi gempa susulan.
Pada (22/11/2022) telah terjadi 117 gempa susulan dengan terbesar tinggi getaran 4,2 dan terkecil 1,5 magnitudo, ujar Dwikorita. Ia meminta masyarakat untuk tetap tenang namun waspada dan tidak mempercayai informasi ataupun berita yang tidak jelas asal-usulnya, serta memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG. Sejak kejadian berlangsung, kurang lebih 3 tim BMKG terjun ke lokasi bencana bersama BPBD kota Cianjur, untuk melakukan sosialisasi dan menenangkan warga masyarakat yang berdampak. Selasa (22/11/2011) tim survei BMKG melakukan perekaman gempa susulan dan tingkat kerusakan untuk menghasilkan peta makrozonasi dan mikrozonasi yang diperlukan untuk mendukung proses rekontruksi dan penyempurnaan tata ruang.
Bencana alam merupakan hal yang tidak bisa kita prediksi kapan datangnya. Begitu juga dengan kerugian materi maupun korban jiwa yang ditimbulkan. Penting untuk disadari bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan mengenai bencana sejak dini merupakan kunci utama mengurangi dampak bencana alam. Berbagai cara telah diupayakan petugas maupun relawan untuk menanggulangi masalah ini. Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah, sangat penting guna menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana. Upaya yang perlu di persiapan adalah perencanaan tata ruang, melakukan usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang aman terhadap bencana, membuat pos peringatan bencana, membiasakan hidup tertib dan disiplin, tetap tenang dan selalu waspada, serta memberikan pendidikan tentang lingkungan hidup, membuat kode bangunan, membangun struktur bangunan penahan gempa, penahan longsor, dan juga menghindari pembangunan di lokasi yang berpotensi bencana.
Hal pertama yang harus kita lakukan saat terjadi bencana yaitu dengan menyelamatkan diri sendiri, mencari perlindungan dan menghindari daerah atau tempat yang berpotensi menimbulkan reruntuhan. Selain itu, usahakan untuk tetap tenang dan selalu waspada, jauhkan diri dari pikiran negatif dan selalu senantiasa berdoa untuk keselamatan diri dan keluarga. Selanjutnya cara mengatasi bencana yaitu dengan diadakannya program kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat yang dapat dibentuk melalui komunitas-komunitas, bisa juga penyuluhan kesekolah-sekolah dan masih banyak lagi. Dalam penyuluhan tersebut dapat dijelaskan bagaimana cara menyelematkan diri dengan benar, jika terjadi bencana apa yang harus kita lakukan, persiapan apa yang kita siapkan, dan barang-barang berharga apa yang bisa kita bawa. Dengan diadakannya penyuluhan tersebut diperkirakan dapat membantu warga untuk meminimalisir banyak korban yang berjatuhan. Kita harus selalu waspada dan berhati-hati dimanapun dan kapanpun, karena bencana bisa datang tiba-tiba.
Baca juga:
- Politik Identitas Global dan Resonansinya di Dalam Negeri: Studi Kasus Pengaruh Pemilu AS terhadap Polarisasi Politik Domestik
- Disinformasi Global: Ancaman Baru bagi Stabilitas Sosial dan Politik Domestik
- Perang Dagang Dunia, Imbasnya Sampai ke Dompet Kita
- BRICS dan Indonesia: Meraih Keuntungan atau Menghadapi Tantangan Global?
- AS vs China: Perang Dingin Gaya Baru?