Jember, SERU – Akademisi dari Universitas Airlangga Herlambang P. Wiratman menyebutkan,ada dua isu sensitif yang mengancam keselamatan nyawa seorang wartawan yang sampai saat ini tidak ada perubahan sejak tahun 2014.
“Dua Isu yang paling sensitif tersebut yakni isu korupsi dan Sumber Daya Alam (SDA),” katanya saat menjadi pembicara di acara diskusi yang di selenggarakan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Jember, di Cafe Nong, Kecamatan Sumberbari, pada Sabtu siang (11/1).
Herlambang menambahkan,dua isu tersebut tidak ada perubahan sejak tahun 2014 lalu, “Tidak ada perubahan sejak tahun 2014 ketika saya membuat disertasi sampai saat ini. Bahkan, beberapa wartawan sampai harus meregang nyawa,” jelasnya.
Mereka yang sampai meregang nyawa, salah satunya adalah AA Narendra Prabangsa wartawan Radar Bali saat meliput kasus korupsi di Bali.
Selain itu, diskusi yang membahas ‘Perkembangam Hukum Pers’ ini, Bambang juga memaparkan perkembangan kebebasan pers dari masa ke masa, rezim Bj Habibi dan Gus Dur menempati posisi paling baik tentang kebebasan pers. Sementara, untuk Megawati berada di posisi tengah dan SBY cenderung kurang demokratis.
Hasil pemetaan sederhananya, Bambang berupaya membuat indikator intervensinya negara termasuk institusi politik dan hukum. Hasilnya, tindakan represif yang merugikan semisal sensorsif, kemudian izin, memenjarakan wartawan dan kekerasan yang dilakukan polisi maupun tentara serta paling ekstrim pers dibubarkan.
Ada juga pembatasan, namun dijelaskan alasannya untuk kebebasan pers yang semakin baik. “Empat indikator implikasi tersebut tidak bisa kemudian disimpulkan bahwa zaman Soekarno represif, sebab alurnya dari setiap rezim mengalami naik turun,” terangnya.(thr)