Sejak Awal Oktober, BPBD Kabupaten Malang Menetapkan Status Siaga Bencana Hidrometeorologi

bpbd saat mengevakuasi pohon tumbang
bpbd saat mengevakuasi pohon tumbang

Malang, SERU.co.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, sejak awal bulan Oktober sudah menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi. Kondisi tersebut berpotensi terhadap beberapa bencana alam seperti banjir dan tanah lonsor,

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan mengatakan, prediksi cuaca yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa musim hujan akan datang lebih awal. Hal tersebut  yang memicu penetapan status siaga darurat bencana ditetapkan.

Bacaan Lainnya

“Berdasarkan rilis BMKG, musim hujan datangnya lebih awal. Biasanya November sekarang sudah Oktober (masuk musim hujan). Di akhir September 2022 ini juga sudah mulai terlihat turun hujan,” seru Sandono.

Sandono menambahkan, rencananya pos lapangan bakal disebar di empat titik rawan bencana. Seperti kawasan Kecamatan Tirtoyudo, Ngantang, Tumpang dan Gedangan. Setiap pos itu nanti  bakal menjangkau beberapa kecamatan lainnya, agar penanganan bencana bisa tertangani secara menyeluruh.

“Setelah ada penetapan status siaga darurat bencana hidrometeorolgi nanti ada penetapan status pos lapangan dan BPBD akan ditunjuk oleh bupati sebagai komandan daruratnya,” imbuhnya .

Sementara itu, Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Malang, Linda Fitrotul, mengatakan, fenomena perubahan iklim juga menjadi salah satu pemicu. Serta ada beberapa faktor penyebab secara umum perubahan iklim menjadi hal yang perlu diperhatikan.

“Secara umum faktor penyebab perubahan iklim yaitu efek gas rumah kaca, pemanasan global, kerusakan lapisan ozon, kerusakan fungsi hutan, penggunaan Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol dan gas buang industri,” terangnya.

Linda menambahkan, hal tersebut berpotensi kemungkinan berdampak pada lingkungan.  Seperti pergeseran musim dan intensitas curah hujan meningkat, juga bencana hidrometeorologi lain seperti kebakaran hutan akibat emisi karbon.

“Naiknya muka air laut juga bisa terjadi karena di sisi lain es pegunungan seperti Jaya Wijaya mencair. Fakta yang dirilis World Meteorological Organization (WMO), suhu tahun 2020 menjadi salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah tercatat meski terjadi La Nina. Selain itu, temperatur rata-rata global permukaan bumi saat ini sudah mencapai 1,2 derajat celcius lebih tinggi dari pada tahun 1850-an,” terang Linda. (ws6/ono)

disclaimer

Pos terkait