Malang, SERU.co.id – Tong-tong Night Market adalah salah satu kegiatan rutin tahunan yang digelar oleh The Shalimar (Shalimar Boutique Hotel Malang) di Jalan Cerme, Nomer 16, Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Kegiatan yang digelar selama tiga hari tersebut merupakan upaya untuk mengenalkan kebudayaan lampau Indonesia, dan memulihkan perekonomian.
Ketua Pelaksana Tong-tong Night Market, Ebenheazar Angga Buana menjelaskan, kegiatan tersebut banyak sekali melibatkan dari banyak pihak. Seperti pelaku aneka kuliner khas Malang dan kesenian-kesenian tradisional, yang ikut serta gelaran acara yang mulai tahun 2016 lalu.
“Jadi kita berbagai macam ini UMKM, meskipun dia UMKM yang kecil kita ajak kesini. Supaya mereka punya kesempatan untuk tampil di acara seperti ini, ya kaya gitu. Ada juga batik organik, keramik, keris dan kesenian-kesenian dari Tunggulwulung. Juga ada terkenal lukisan yang dibuat oleh Bapak Sadikin,” seru Ebenheazar saat dikonfirmasi SERU.co.id.
Pria berbadan tinggi tersebut menjelaskan, kegiatan tersebut diberi nama Tong-tong. Karena mereka mengadopsi kegiatan yang dicetuskan oleh oleh orang-orang Belanda dan pribumi yang berada di Denmark, Belanda, sejak tahun 1950-an, dengan nama yang sama.
“Tong tong ini, sebenarnya kegiatan budaya yang sebenarnya dibuat oleh orang Belanda dan orang-orang Indonesia, yang notabennya tinggal di Belanda. Acara ini awalnya ada di Belanda di Denhag, sejak 1950-an lah,” jelasnya.
Melihat peninggalan Belanda yang cukup kental di kota Dingin ini, mereka berusaha membawa kebudayaan itu ke Kota Malang juga. Untuk konsep utama kegiatan ini adalah heritage, serta mengolaborasikan dengan kebudayaan Indonesia.
Sempat vakum selama dua tahun di masa pandemi Covid-19, dalam kesempatan kali ini animo masyarakat yang berkunjung sangat luar biasa.
“Itu antusiasnya pasti lebih banyak, karena memang kita lihat animo dari masyarakat itu yang kena pandemi. Mengadakan even, kita masih terbatas segala sesuatunya, sekarang sudah ada kelonggaran juga dari dinas-dinas terkait juga. Kita didukung oleh dinas-dinas terkait, kebetulan yang tahun ini kita juga dijadikan salah satu agenda kota,” tuturnya dengan bangga.
Tak hanya kuala muda, namun para masyarakat yang sudah sepuh juga ikut serta dalam kegiatan itu. Mengingat konsep yang mereka usung adalah kebudayaan Jawa.
“Animo masyarakatnya itu campur, ada orang tua-tua itu pasti ingin menikmati budaya-budaya yang kita sajikan. Kalau untuk kawula mudanya kita juga menyediakan makanan-makanan yang istilahnya lagi ngetren kaya gitu,”
Dengan diadakannya kegiatan tersebut dirinya berharap agar permasalahan perekonomian setelah pandemi bisa kembali pulih. Tak hanya UMKM saja, namun para seniman juga kembali pulih seperti dulu.
“Gak hanya UMKM aja yang bergerak di perekonomian, tapi juga dari kesenian. Orang- orang budaya lebih dihargai, karena memang mungkin kita lebih modern, biasanya budaya kita agak tertinggal. Padahal di belakang sejarah kita ini, tidak lepas dari orang-orang kesenian dan budaya ini,” jelasnya. (ws6/ono)