Cuaca Ekstrim, Produksi Ulat Hongkong Menurun

Eko saat membersihkan sarang ulat Hongkong. (ws6) - Cuaca Ekstrim, Produksi Ulat Hongkong Menurun
Eko saat membersihkan sarang ulat Hongkong. (ws6)

Malang, SERU.co.id – Cuaca ekstrim, membuat produksi ulat hongkong yang digeluti  Eko Darmawan (35), bersama keluarganya warga Dusun Sidorukun, RT 24, RW 04, Clulmprit, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang mengalami penurunan hingga 30 persen.

Peternak ulat Hongkong Eko Darmawan mengatakan, karena cuaca dingin, hasil panen ulat yang dia budidayakan menurun hingga 30 persen. Dikarenakan ulat tidak bisa  berubah menjadi larva, sehingga tidak bisa menghasilkan telur-telur lagi yang nantinya menjadi ulat kembali dan banyak yang mati.

Bacaan Lainnya

“Kesulitan faktor cuaca soal cuaca berubah-berubah. Tidak bisa berkembang biak dengan baik, sehingga menyusut kurang lebih menyusut hingga 30 persen,” seru Eko Darmawan, Minggu (10/07/2022).

Lelaki yang kerap disapa Eko, tersebut mengaku dirinya menjalani usaha itu sejak dua tahun silam.  Dalam satu bulan dia dapat memanen hingga empat kali, disaat cuaca mendukung hasil yang diperoleh mencapai 150 kilogram per panen. Namun  saat musim dingin dirinya hanya memperoleh kurang lebih 100 kilogram.

Untuk saat ini, ulat-ulat itu dijual dengan harga  Rp40 ribu, namun harga serangga tersebut berubah-rubah. Paling mahal Rp50 ribu dan pada masa krisis pandemi Covid-19, harga anjlok hingga Rp9-10 ribu saja per kilogram.

Tak hanya cuaca, budidaya ulat ini juga sangat berpengaruh pada pakan yang kini harga mengalami kenaikan. Dalam satu minggu dirinya menghabiskan 9-10 sak, satu sak polar berisi 50 kilogram dengan harga Rp260 ribu.

Beberapa faktor tersebut membuat beberapa peternak rumahan seperti Eko banyak yang gulung tikar.

Budidaya Ulat Hongkong. (ws6) - Cuaca Ekstrim, Produksi Ulat Hongkong Menurun
Budidaya Ulat Hongkong. (ws6)
disclaimer

Pos terkait