Janggelan Powder Wagir Dikenal Hingga Eropa 

Janggelan Powder
Janggelan Powder

Malang, SERU.co.id – Sejak tahun 1989, Endang Sulistiyowati bersama suaminya Gatot merintis usaha olahan daun janggelan menjadi cincau hitam, bahan baku yang kerap kali digunakan untuk membuat aneka minuman penghilang dahaga. Cincau yang kerap dijual dengan bentuk balokan, di tangan pasangan suami istri tersebut dimodifikasi menjadi bubuk dan dikemas lebih praktis kemudian lebih tahan lama. 

Pemilik usaha Janggelan Powder yang tinggal di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang menjelaskan, awal dirinya dan suami memulai karir sebagai penjual Cincau hitam balok di pasar-pasar tradisional. Namun bahan baku yang terbuat dari bahan alami tersebut tidak dapat bertahan lama, sehingga suami Endang memutar otak untuk mengembangkan usaha mereka.  

Bacaan Lainnya

“Kami kan kalau ke pasar tradisional itu, barang kan paling satu mingguan sudah kadaluarsa rusak dalam temperatur biasa. Kalau seperti ini kita tidak maju-maju gitu, jadi bapak berinovasi,” seru Ibu dari empat orang anak tersebut.  

Setelah melalui banyak percobaan, akhirnya kurang lebih memakan waktu satu tahun, suami Endang menemukan formula yang dirinya dambakan. Meskipun diakui saat itu belum sempurna dalam pengemasan. Sepasang suami istri itu nekat dan memberanikan diri untuk memasarkan ke beberapa toko, namun perjalanan mereka tak begitu mulus. Banyak kendala yang harus mereka lalui, mengingat barang jualan mereka yang masih sangat asing di kala itu.

“Toko yang mau menerima adalah toko kue Candra, di Pasar Besar, Kota Malang. satu-satunya toko yang mau menerima dan saya sendiri tahu bagaimana pemilik toko menawarkan prodak baru itu kepada pelanggan, sampai saya terharu,” terang Endang. 

Dari situlah, usaha Endang dengan suami dikenal banyak orang. Seiring berjalannya waktu, para agen mulai memasarkan Janggelan Powder tersebut. Bahkan menjadi salah satu Usaha Micro Kecil Menengah (UMKM) unggulan Kecamatan Wagir serta Kabupaten Malang. 

Tak hanya di Malang saja, Janggelan Powder milik mereka sudah dipasarkan di berbagai pulau seperti Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Lain sebagainya. Bahkan melewati agen, beberapa kali produk Endang merambah hingga pasar Port Louis, Benua Eropa dan negara tetangga Malaysia. 

“Kalau kirim ke Eropa itu sebenarnya tidak banyak mbak, sekali kirim itu sekitar 200 karton kalau gak salah ini sudah tuju kali,” terang Endang, saat diwawancarai SERU.co.id

Dalam satu bulan, produksi mereka dapat menghabiskan kurang lebih 2,5 Ton daun janggelan, yang didatangkan dari Pacitan, Ponorogo dan Trengalek.

Keunggulan terobosan ini adalah dapat dipasarkan kemana saja, karena masa simpan produk tersebut mencapai dua tahun. Selain itu, jika mau menikmati cincau hitam, para konsumen lebih praktis dan higienis. 

“Disimpan sewaktu-waktu bikin gitu gak usah susah-susah ke pasar dulu. Ini memasaknya tidak lama, bekunya juga cepat dan juga kalau di perut itu dingin,” kata wanita berusia 60 tahun itu. 

Sedikit informasi, tumbuhan yang memiliki nama latin Mesona Chinensi, ini memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Seperti meredakan panas dalam, mengatasi perut kembung, menurunkan darah tinggi, mengurangi risiko diabetes  dan masih banyak lagi khasiat baik yang dia terkandung.

Kerja keras mereka kini membuahkan hasil. Dari awal yang dikerjakan hanya Endang dengan suami, kini mereka dapat membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar tempat tinggalnya. Sekarang setidaknya 10 pegawai  yang membantunya guna memenuhi permintaan pasar. (ws6/ono)

Pos terkait