Awal Tahun Musim Paceklik Madu, Begini Cara Petani Lebah Mengatasinya

Peninjauan sarang lebah madu milik PPKB. (ist) - Awal Tahun Musim Paceklik Madu, Begini Cara Petani Lebah Mengatasinya
Peninjauan sarang lebah madu milik PPKB. (ist)

Batu, SERU.co.id – Januari hingga Maret adalah musim paceklik madu bagi para peternak lebah. Hal ini dikarenakan ketersediaan makanan lebah madu berupa bunga jenis tertentu, sedang tidak berbunga. Secara otomatis produktivitas madu pada musim paceklik ini juga menurun.

Ketua Pusat Perlebahan Kota Batu (PPKB), Mochammad Basori mengatakan, sudah menjadi hal biasa yang harus dihadapi oleh peternak lebah saat musim paceklik. Namun masih ada solusi mengatasi hal itu, karena di Kota Batu masih ada tanaman Eucalyptus yang tumbuh di kawasan sekitar Gunung Panderman.

Bacaan Lainnya

“Saat ini tanaman Eucalyptus ada di daerah sekitar Gunung Panderman. Memang hasilnya nanti berbeda dengan madu dari tanaman bunga lainnya. Madu yang dihasilkan Eucalyptus, mudah mengkristal, sehingga terkadang orang menganggapnya itu adalah madu campuran atau madu palsu,” serunya.

Ketua Pusat Perlebahan Kota Batu (PPKB), Mochammad Basori, saat memberikan edukasi lebah madu kepada siswa SD. (ist)

Basori menuturkan, konsumen tidak boleh cepat menyimpulkan bahwa madu yang mengkristal itu palsu. Karena karakteristik dari nektar atau cairan manis dari bunga yang dihisap si lebah.

“Tekstur dan rasa madu itu tergantung sumber makanan dan kondisi tekstur tanahnya. Nanti bulan tiga, mulai ada bunga paitan dan bunga matahari yang ada di lereng-lereng gunung, makanya sekarang posisi lebahnya ada di dekatnya Agro Kusuma. Kami siapkan 200 kandang untuk mengantisipasi paceklik ini,” ungkapnya.

Basori membeberkan, bila menyesuaikan kalender, madu yang dihasilkan dari bunga randu, biasanya bisa dipanen saat pertengahan tahun, atau sekitar bulan Juni.

“Kalendernya madu dari bunga randu itu, mulai melimpah pada pertengahan tahun. Ini bisa ekspansi sampai wilayah Jawa Tengah, seperti Jepara dan lain sebagainya,” bebernya.

Basori yang sudah menekuni perlebahan sejak tahun 1997 ini pun mengaku, pandemi covid-19 ini juga telah menyadarkan masyarakat akan kebutuhan madu. Madu dikonsumsi untuk menjaga daya tahan tubuh. Salah satunya, madu dengan propolis.

“Disana (madu propolis), ada kandungan  antibiotik untuk menambah kekebalan tubuh. Makanya, kita berharap masyarakat menganggap madu itu bukanlah sekedar buat obat lagi. Tapi memang untuk konsumsi sehari-hari,” pungkasnya. (ws3/rhd)


Baca juga:

Pos terkait