Art Therapi, Cara Psikolog Menerapi Pasien Dengan Seni

Sanggar Tari Tribhuwana saat berlatih tari. (ws3) - Art Therapi, Cara Psikolog Menerapi Pasien Dengan Seni
Sanggar Tari Tribhuwana saat berlatih tari. (ws3)

Batu, SERU.co.id – Ada berbagai cara psikolog untuk memulihkan pasiennya. Tidak hanya dengan konseling atau hipnotis, tetapi juga dengan seni. Dengan terapi seni, bisa memberikan perubahan perilaku, bagi orang yang memiliki masalah psikologis.

Psikolog dari Puskesmas Batu, Sayekti Pribadiningtyas, SPsi, MPd menjelaskan, pemulihan dengan menggunakan terapi seni atau ‘art’ memiliki cara tersendiri. Lewat seni, akan membawa pasien masuk ke dalam dirinya sendiri. Membuat sensitivitas diri untuk mengenali diri sendiri, ‘memanage’ diri sendiri, serta mengeksplorasi kemampuan yang tersembunyi dalam dirinya.

Bacaan Lainnya

“Orang stres itu, karena mereka melihat apa yang ada di luar diri mereka, karena ada banyak stimulus dari luar yang membuat stres. Dengan panduan therapis atau bimbingan psikolog yang paham tentang ‘art’ terapi, membuat orang-orang yang sebelumnya pikirannya kacau, pelan-pelan bisa tertata lewat seni,” seru Sayekti.

Sayekti Pribadiningtyas S.Psi M.Pd, Psikolog dari Puskesmas Batu. (ws3)

Psikolog yang juga penulis beberapa buku ini mengatakan, tarian mampu mengubah seseorang yang sebelumnya maskulin, tidak  sesuai dengan jenis kelamin mereka. Akan dibawa untuk lebih pada penghalusan rasa (olah rasa), yang akhirnya keluar melalui gerakan secara motorik halus dan gerakan motorik kasar.

“Orang-orang tertentu yang sebelumnya apatis, tidak semangat, frustasi, ketika dia dibawa masuk ke dalam tari. Itu akan membuat perbedaan perilaku, karena tari ada unsur olah tubuhnya dan unsur meditasinya,” ungkapnya.

Ditemui di tempat terpisah, sebuah Sanggar Tari di Kota Batu Tribhuwana, sedang latihan menari. Sanggar tersebut berada di lantai dua hotel Ragil Kuning. Pemimpin Sanggar Tribhuwana Batu, Dece Diyah, kepada SERU.co.id mengaku, anak didiknya juga mengalami perubahan perilaku yang jauh lebih baik.

“Dari awal mereka bergabung, saya mencoba mengenali karakter mereka satu persatu. Dan selama beberapa waktu mengikuti kegiatan latihan, ada perubahan perilaku yang lebih positif,” ujarnya.

Dece mencontohkan, ada peserta yang disaat awal bergabung, masih terlihat tomboi. Namun setelah beberapa lama berlatih, sudah berubah.

“Sekarang sudah terlihat feminim, dan bisa merias diri,” pungkasnya. (ws3/rhd)


Baca juga:

Pos terkait