Kiat Pengusaha Tahu Tempe Agar Tidak Merugi Disaat Harga Kedelai Naik

Kiat Pengusaha Tahu Tempe Agar Tidak Merugi Disaat Harga Kedelai Naik
Kiat Pengusaha Tahu Tempe Agar Tidak Merugi Disaat Harga Kedelai Naik.

Banyuwangi, SERU.co.id – Pandemi Covid-19 yang melanda bumi Pertiwi ini tidak hanya berdampak di kesehatan saja. Namun penggiat ekonomi khususnya pengusaha Usaha Kecil Menengah Mikro (UMKM) sangat merasakan, perekonomian mereka sangat terpuruk. Padahal, dia harus membayar cicilan bank, bayar uang sekolah anak, dan untuk kebutuhan sehari-hari.

Bahkan ada beberapa pemilik usaha yang sama harus menghentikan produksinya dikarenakan dagangannya kurang laku, dan tidak lagi mampu untuk membeli bahan baku, agar kebutuhan rumah tangganya tertutupi mereka harus beralih profesi.

Bacaan Lainnya

Meski usahanya tertatih-tatih, pengusaha tempe dan tahu, Misnatin (57) warga dusun Stembel, desa Gambiran, kecamatan Gambiran Banyuwangi, memiliki kiat agar perekonomian yang dikelolanya bisa tetap berjalan, walau harus mengurangi jumlah produksi dan mengurangi ketebalan tempe dan tahunya.

Misnatin terlihat gigih membersihkan kedelai yang sudah dipersiapkan untuk membuat tahu dan tempe. Sebelum Pandemi Covid-19 melanda kabupaten Banyuwangi ia mampu membeli kedelai di pengepul per 15 hari sebanyak 2 ton kedelai. Namun saat ini hanya mampu membeli 1 ton kedelai.

“Sebelum wabah virus Corona ini menjalar di Banyuwangi, setiap harinya saya memproduksi 1,5 kwintal kedelai untuk dibuat tempe dan tahu. Tapi saat ini saya hanya mampu membuat 1 kwintal saja, itupun dagangan saya masih tersisa,” kata Misnatin sembari menyeka keringatnya yang mengalir didahinya, Jum’at (24/12/2021) siang.

Menurut Misnatin, menurunnya jumlah produksi ini tidak hany karena faktor virus Corona. Namun dikarenakan harga kedelai naik yang menyebabkan para pedagang tempe dan tahu harus mengurangi jumlah produksinya.

“Sebelumnya harga kedelai Rp 9,5 ribu, sekarang harga kedelai perkilogramnya Rp 11 ribu. Naik Rp 1500,-. Kelihatannya naiknya tidak seberapa tapi sangat berpengaruh sekali. Rp 1500 kalau dikalikan 1 ton sudah brp? Ya sangat terasa sekali,” keluhnya.

Misnatin bersama karyawannya saat memproduksi tahu dan tempe, di pabrik tahu dan tempe yang ada di belakang rumahnya. (Foto: Gatot Imawan) - Kiat Pengusaha Tahu Tempe Agar Tidak Merugi Disaat Harga Kedelai Naik
Misnatin bersama karyawannya saat memproduksi tahu dan tempe, di pabrik tahu dan tempe yang ada di belakang rumahnya. (Foto: Gatot Imawan)

Naiknya harga kedelai, dan menghadapi kelesuhan pembeli, serta tetap memenuhi permintaan pelanggan, dirinya harus pandai-pandai meracik agar haega tempe dan tahu tidak naik.

“Saya harus pandai memutar otak dong, harga tempe dan tahu tidak naik padahal harga kedelai naik, saya akal dengan cara mengiris (memotong) tahu dan tempe, saya kurangi sedikit, ternyata para pelanggan tidak komplain,” ucapnya.

“Kalau dagangan saya tidak habis, ya saya bawa pulang, saya jual matang di sore hari,” paparnya.

“Setiap jam 05.00 pagi saya sudah ada di pasar, dan pulangnya jam 07.00 pagi, lebih dari jam 07.00 pagi pasarnya mulai sepi. Habis tidak habis pada jam segitu saya sudah harus pulang, mau nunggu apa lagi?” imbuhnya.

Usaha tempe dan tahu yang saat ini ditekuni itu usaha turun temurun. Bahkan dengan usaha ini dirinya mampu untuk membiayai kebutuhan rumah tangga, menyekolahkan anaknya, dan membeli sebidang tanah serta rumah. Keberhasilan ini berkat keuletan, kegigihan dan mampu menyisakan sebagian hasilnya untuk ditabung.

Dia menceritakan, banyak pengusaha tempe dan tahu yang gulung tikar karena tidak bisa mengkalkulasi untung ruginya. Terkadang, disaat untung besar ia berfoya-foya membeli perabotan yang tidak bermanfaat. Nah, kalau dirinya tidak seperti itu, jika ada hasil akan disisihkan untuk dibelikan anak sapi atau kambing.

“Limbahnya tahu dan tempe ini sangat bagus untuk pakan ternak, makanya saya piara sapi. Kalau modal saya kurang saya bisa jual sapi itu untuk tambah modal. Tabungan saya ya berbentuk sapi dan kambing, dan sewaktu-waktu bisa diuangkan,” ucapnya sambil tersenyum.

Misnatin berharap, di masa Pandemi Covid-19 ini hendaknya pemerintah menurunkan harga kedelai. Agar pengusaha kecil seperti dirinya ini bisa terus berusaha.

“Saya minta harga kedelai di turunkan, seperti yang dulu, perkilonya Rp 9,5 ribu,” harapnya. (tut/mzm)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait