Diduga Efek Vaksin, Warga Kedungkandang Alami Gangguan Penglihatan

Joko Santoso menunjukkan kartu vaksin. (ist) - Diduga Efek Vaksin, Warga Kedungkandang Alami Gangguan Penglihatan
Joko Santoso menunjukkan kartu vaksin. (ist)

Malang, SERU.co.id – Kisah pilu dialami salah satu warga Arjowinangun, Kedungkandang, Kota Malang. Pasalnya selepas vaksinasi pertama di bulan November, warga tersebut mengalami kehilangan penglihatan yang belum diketahui sebabnya.

Adalah Joko Santoso, menerima vaksin pada 3 November 2021 dosis pertama dengan jenis varian AstraZeneca. Efek yang paling dirasakan keesokan harinya selepas bangun tidur dikira pemadaman listrik.

Bacaan Lainnya

“Gelap gulita tiga hari, habis disuntik tubuh seperti lemas tidak bisa gerak apa-apa seperti stroke. Jadi lemes tidak bisa gerak,” seru Joko Santoso, ditemui di rumahnya, Kamis (2/12/2021).

Ia menceritakan, awal mula vaksin karena memang mematuhi aturan pemerintah untuk mensukseskan percepatan herd immunity. Dirinya datang ke rumah Ketua RW untuk vaksin, Jum’at (3/11/2021) lalu.

Seperti biasanya, skrining dimulai dari mengukur tensi, dinyatakan normal. Serta benar tidak mempunyai riwayat penyakit yang pernah diderita. Setelah disuntik, menunggu sekitar 15 menit untuk observasi kemudian pulang ke rumah.

“Saya juga pamitan kepada Bu RW, karena menunggu surat vaksin masih lama, saya tinggal pulang. Di rumah kok mual-mual, muntah dua kali. Saya telepon istri saya, disuruh minum vitamin C,” imbuh Joko.

Istrinya segera pulang dan menyuruh dirinya untuk tidur, namun terbangun sekitar pukul 22.00. Melihat handpone Joko terkejut, karena pandangannya mulai kabur. Dari situ Joko berinisiatif untuk tidur lagi.

Keesokan harinya, tambah terkejut melihat pandangannya tidak terlihat, dan memutuskan langsung laporan ke RW.  Dibawa ke RS Refa Husada, akan tetapi dari sana tidak bisa menangani, hingga dirujuk ke Rumah Sakit Dr Saiful Anwar (RSSA) sampai sekarang ini.

“Dokter bingung, gula darah tidak ada, hipertensi normal, semuanya normal. Tapi mau bagaimana lagi masih diobservasi terus perkembangannya sampai sekarang,” jelas pria berprofesi kuli bangunan ini.

Perihal kondisi sekarang, dirinya mengaku bersyukur sudah ada perubahan setelah beberapa bulan kejadian. Namun, penglihatannya belum maksimal 100 persen.

“Masih hitam putih melihat mas sama mbak-mbak ini. Cuma tidak dituntun lagi, sekitar 75 persen alhamdulillah bisa jalan-jalan sendiri, momong anak,” ungkapnya.

Disebutkannya, saran dari dokter belum diperbolehkan kerja keras. Saat ini kedua mata Joko yang fungsinya paling bagus sebelah kiri, sedangkan bagian kanan agak lambat.

“Alhamdulillah Ini mendekati normal, cuma warnanya yang belum kembali,” paparnya.

Disinggung mengenai harapan kesembuhan dan hasil konsultasi belum bisa memastikan. Hanya diminta berdoa, karena kesembuhan ada ditangan Allah.

“Kalau tim dokter disini cuma membantu semaksimal mungkin. Tapi ya mohon doanya agar bisa kembali normal lagi,” tutupnya.

Lain halnya, Titik Andayani (istri Joko) mengungkapkan, awalnya mencoba untuk diam. Karena keluarga, tetangga bantu, tetapi lama kelamaan membuat sungkan kalau semisal dibantu terus.

“Baik dari tetangga, RT, RW juga membantu. Dari pemerintah mendapat bantuan sembako tapi di awal kejadian. Selebihnya keluarga belum cukup memenuhi kebutuhan, karena suami sudah tidak bisa bekerja,” bebernya.

Selebihnya, dirinya juga mengurus ke kelurahan soal kondisi keluarganya agar terpublish. Keinginan simple keluarganya, tetap bisa makan dan mencukupi kebutuhan hidup.

“Apa pekerjaan yang cocok sesuai kondisi suami, saya mau dikasih rombong jualan apa saja tidak apa-apa. Daripada minta, bisa dikit-dikit memang harus ada usaha,” harapnya.

Dari situ, Andayani mengaku sedikit kecewa dengan sikap pemerintah. Namun tetap mengapresiasi atas dukungan dari beberapa instansi yang telah ikut memberikan bantuan.

“Kalau yang awal dari BAZNAS, dari Tagana, tapi diawal. Untuk bulan September sampai November terus selanjutnya bagaimana,” ungkapnya.

Terkait penanganan dari pihak rumah sakit menganjurkan untuk terus mengikuti jadwal kontrol. Pengakuannya, sebagai warga negara yang baik mereka tetap nurut.

“Kalau penanganannya kurang tahu, cuma disuruh kontrol-kontrol biasa begitu. Kalau masuk KIPI atau bukan, tidak tahu,” tandasnya.

Dikonfirmasi terkait hal ini, RSSA dan Dinkes Kota Malang berjanji bakal menjelaskannya pada awak media dalam konferensi pers di ruang Majapahit RSSA, Jumat (3/12/2021). (jaz/rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait