Banyuwangi, SERU.co.id – Memasuki musim penghujan, dan dimulainya tanam padi perdana, petani Banyuwangi menggelar Festival Bubak Sawah atau Bubak Bumi, tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun dengan tujuan agar tanamannya tumbuh subur, panen melimpah dan tidak diserang hama.
Untuk mensukseska tradisi tersebut, enam UPTD PU Pengairan Kabupaten Banyuwangi dan Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air (GHIPPA) turut mendukung acara yang dilaksanakan satu tahun sekali tersebut. Acara Bubak Sawah bertempat di Gasebo, Concrong, Rogojampi, Rabu (10/11/2021)
Sebelum acara tradisi Bubak Sawah atau Bubak Bumi dilaksanakan, para petani bersama Korsda menggelar bersih-bersih sungai, seperti yang dilakukan HIPPA Watukebo, HIPPA Blimbingsari, dan HIPPA Karangbendo bersama puluhan karyawan UPTD Pengairan Rogojampi menggelar bersih-bersih (normalisasi) sungai Concrong dengan peralatan seadanya.
Kepala UPTD Pengairan Rogojampi, Eko Susanto, S.sos mengatakan Bubak Sawah ini dilaksanakan oleh petani bersama HIPPA, pihaknya hanya mendukung dan memfasilitasi kegiatan tersebut.
“Acara tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh petani. Ritual ini sebagai ungkapan doa kepada Tuhan yang maha esa agar tanamannya bisa tumbuh subur, dan tidak diserang hama,” kata Eko Susanto kepada SERU.co.id.
Sedangkan acara bersih-bersih sungai sudah menjadi rutinitas Korsda, HIPPA dan petani. Bersih-bersih sungai ini bertujuan untuk melancarkan aliran sungai agar tidak terhambat oleh sampah, terutama sampah rumah tangga.
“Kami harap masyarakat membuang sampah pada tempatnya, jangan membuang sampah di sungai. Jika aliran sungai tersumbat dampaknya adalah banjir. Karena aliran sungai tersumbat. Selain itu dengan aliran sungai yang bersih dari kotoran akan memperlancar distribusi air ke persawahan. Tanaman petani bisa tumbuh subur, hasilnya melimpah,” kata Eko

“Kalau sungainya bersih dan tidak dampak, warga terbebas dari banjir,” imbuhnya
Acara ritual Bubak Sawah ini, digelar dipinggir sawah atau dekat sungai. Para petani membawa tumpeng, nantinya tumpeng itu saling ditukar, dan di makan bersama-sama.
“Tumpengnya ala kadarnya, setelah di doai, kemudian tumpeng ini saling ditukar, kemudian makan bersama,” ujar salah satu petani.
Terpisah, Plt Kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi, Guntur Priambodo mengatakan, festival Bubak Sawah atau Bubak Bumi ini murni kegiatan petani. Pihaknya sangat mendukung tradisi yang dilaksanakan secara turun temurun tersebut.
“Festival ini gawenya petani. Bukan kegiatannya PU Pengairan,” kata Guntur Priambodo.
Tradisi yang dilaksanakan oleh petani ini, merupakan doa para petani kepada Tuhan YME agar tanamannya tumbuh subur. Tapi juga sebagai ajang silahturahmi antar petani.
“Traidisi itu juga sebagai perekat antar petani maupun dengan karyawan UPTD Pengairan maupun HIPPA. Yang biasanya petani datang ke sawah untuk bercocok tanam dan tidak sempat bertegur sapa, dengan adanya tradisi seperti ini bisa saling bertemu, saling bertegur sapa, dan menumbuhkan rasa persaudaraan,” ucapnya.
Tradisi Bubak Sawah atau Bubak Bumi ini, digelar secara serentak di enam UPTD Pengairan, yakni UPTD Rogojampi, UPTD Singojuruh, UPTD Bangorejo, UPTD Cluring, UPTD Singojuruh, dan UPTD Tegaldlimo. (ind)
Baca juga:
- Target Empat Medali Emas, Wali Kota Malang Motivasi Atlet Basket Hadapi Porprov IX Jatim
- Lansia Dilaporkan Hilang Hanyut di Sungai Metro Ditemukan Selamat di Pakisaji
- Bupati Malang Sebut Munas VI APKASI 2025 Wadah Strategis Kuatkan Pembangunan Nasional
- Ratusan Travel Merugi Miliaran Usai Visa Haji Furoda Tak Kunjung Terbit
- Zia Ulhaq Nilai Putusan MK Soal Sekolah Swasta Gratis Dorong Pemerataan Pendidikan