Malang, SERU.co.id – Setelah mengetahui kondisi Yayasan Bhakti Luhur, pihak Dinas Kesehatan Kota Malang tidak membawa semua pasien yang tes antigen positif, karena memang penanganannya berbeda. Terlebih ada dokter penanggung jawab dan pendamping khusus bagi pasien yang terpapar.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, dr Husnul Muarif menegaskan, tidak bisa menyamakan anak yang mempunyai kebutuhan khusus dengan orang biasa. Mereka harus mendapat pendampingan oleh pengasuh dalam kesehariannya.
“Contoh disini saja ada yang teriak. Tentu akan mengganggu suasana yang ada di RS lapangan atau safe house,” seru dr Husnul Muarif, Rabu (3/3/2021).
dr Husnul menjelaskan, anak-anak difabel tidak bisa diprediksi, tiba-tiba menjerit atau hiperaktif. Perlakuan khusus misalnya selama ini tidak bisa sendiri untuk ke kamar mandi, harus diantar, atau pakai kursi roda.
“Harus didampingi setiap saat, baik saat aktivitas maupun tanpa aktivitas pun harus didampingi,” imbuhnya.

Ia mengatakan lokasi yayasan sudah memenuhi syarat untuk isolasi mandiri. Tinggal bagaimana pengawasan dilakukan oleh yayasan dan dokter penanggung jawab, dalam hal ini dr Totok serta pihak puskesmas.
“Secara tahapan prokes, sudah bisa dijadikan tempat isoman mandiri dan terapi-terapi khusus,” bebernya, kepada SERU.co.id.
Jumlah total terkonfirmasi positif tersebut masuk data di Dinkes. Pihaknya mengaku, jumlah tersebut nanti dimungkinkan masuk ke data suspek atau masuk probable.
“16 orang yang dibawa ke RS Lapangan itu yang antigennya positif,” paparnya.
Hasil antigen yang keluar dari penghuni yayasan dimungkinkan tidak akurat, pihaknya akan terus memeriksa secara berkala.
“Kita akan evalausi lagi semuanya secara klinis. Nanti bertahap dan periodik untuk swab antigen lagi,” pungkasnya. (ws1/rhd)