Jakarta, SERU.co.id – Vaksin Nusantara yang dikembangkan oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan sejumlah relawan menjadi perbincangan hangat. Banyak masyarakat masih meragukan kapabilitas dan kinerja vaksin ini.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun masih melakukan uji klinis terhadap vaksin ini. Kini, BPOM tengah mengevaluasi data hasil uji fase I vaksin itu.
“Kami sedang berproses, mengevaluasi data hasil uji klinis tahap I yang diserahkan kemarin oleh peneliti. Kami masih berproses tentu untuk dapat lanjut ke pelaksanaan fase II,” ujar Kepala Subdirektorat Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Khusus BPOM Siti Asfijah Abdoellah, Kamis (18/2/2021).
Siti meminta masyarakat untuk menunggu pihaknya menyelesaikan evaluasi terhadap vaksin tersebut. Kendati demikian, ia belum menyebutkan tepatnya kapan tahapan uji klinis selesai.
Senada dengan BPOM, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga mengaku masih memantau perkembangan vaksin Nusantara. Juru Bicara Vaksinasi Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, pihaknya belum mengetahui apakah vaksin Nusantara akan digunakan di Indonesia atau tidak.
“Untuk penggunaan di Indonesia nanti dievaluasi dulu dan berdasarkan rekomendasi ITAGI (Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional) ya,” ungkap Nadia dikutip dari CNN Indonesia.
Vaksin Nusantara telah melewati sejumlah tahapan. Pada 12 Oktober 2020, tim penelitian uji klinis vaksin sel dendritik Kemenkes telah melakukan uji klinis tahap I. Lalu pada akhir Desember 2020 hingga awal Januari, dilakukan penyuntikan uji klinis fase pertama. Di awal Februari 2021, telah dilakukan monitoring dan evaluasi.
Vaksin Nusantara merupakan vaksin yang dikembangkan oleh PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical, Universitas Diponegoro, dan RSUP dr.Kariadi Semarang. Vaksin ini disebut dapat membentuk kekebalan seluler pada sel limfosit T. Cara kerjanya dibangun dari sel dendritik autolog yang dipaparkan dengan antigen Sars-Cov-2. (hma/rhd)