Malang, SERU.co.id – Pemerintah terus mendorong berbagai upaya untuk menekan angka kesembuhan pasien Covid-19 melalui penyintas atau disebut Donor Plasma Konvalesen.
“Saat ini di Palang Merah Indonesia (PMI) ada 30 Unit Donor Darah (UDD) yang ada di Aceh, Medan, Bandung. Termasuk di Malang sudah bisa mengumpulkan jumlah plasma konvalesen yang cukup tinggi,” seru Juru Bicara Satuan Tugas (Jubir Satgas) Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, Sabtu (6/2/2021).
Kontribusi penting adanya plasma konvalesen ini, mengingat masih belum ditemukannya obat bagi pasien Sarscov-19. Sekaligus sebagai peningkatan antibody pasien.
“Apabila terbentuk antibodi baik, dengan dinilai antibodinya tinggi, maka bisa menjadi pendonor plasma konvalesen,” papar Wiku, sapaan akrabnya dalam webinar Edukasi Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen, kerjasama Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.

Plasma Konvalesen diambil oleh pemerintah, dalam hal ini Satgas, berdasarkan epidemic scene ilmiah dan juga sudah terbukti secara ilmiah.
“Pasien yang mengalami gangguan pernafasan berat berangsur gejala ringan dan membaik. Atas dasar itulah pemerintah mendorong donor plasma darah. Tidak serta merta mengambil suatu terapi tidak berbasis ilmiah,” tutur Wiku.
Disisi lain, kasus covid ini tergolong baru. Sehingga pihaknya perlu waktu untuk membuat epidem baru yang secara saintifik bisa dipertanggung jawabkan. Serta menggandeng pihak terkait sesuai ahlinya.
“Kita bekerja sama dengan PMI, BPOM, Kemenkes yang dipimpin oleh Wakil Presiden dengan pencanangan gerakan donor Plasma Konvalesen sampai 18 Januari. PMI telah mendapatkan lebih dari 7000 donor plasma konvalesen,” papar Wiku.
Wiku mengatakan, tindakan penyintas yang rela mendonorkan plasma darah ini sebagai bentuk kepedulian kepada Indonesia.
“Kami perlu apresiasi pendonor kepada orang lain, tindakan mulia ini adalah sebagai bentuk bela negara dari seluruh masyarakat indonesia. Dari kita untuk kita, agar betul-betul kasus covid ini bisa kita tangani dengan baik,” bebernya. (ws1/rhd)