• Peserta termuda, raih juara 1 bidang Agribisnis Inotek 2019
Kota Malang, SERU
Kembali, MTsN 1 mengukuhkan diri sebagai sekolah setingkat SMP yang mampu bersaing dengan pelajar SMA/SMK, mahasiswa, dan perorangan dalam Inovasi Teknologi (Inotek) 2019 tingkat Kota Malang. Kali ini, delegasi MTsN 1, yaitu Dania Wijayanti (kelas 8) dan Rizqina Faizana (kelas 9), mampu meraih juara 1 di bidang Agribisnis dengan mengusung LOGAN RICE (Low Glycemic and High Nutrition Analog Rice), yakni inovasi beras analog bernutrisi dan rendah Glikemik berbasis ganyong, bayam, dan tiwul sebagai diversifikasi pangan di Indonesia.
Berbekal pengalaman sebelumnya, Rizqina Faizana, akhirnya mampu mengukir prestasi lebih baik di tahun ini. Sebelumnya, Rizqina sempat meraih juara 3 Inotek 2018 tingkat Kota Malang, saat mengusung NU Clovel (Natural Colourant From Averrhoa Bilimbi L), yaitu eskplorasi Bunga Belimbing Wuluh sebagai pewarna alami dalam upaya mewujudkan keamanan pangan Indonesia.
“Ide ini sebenarnya sudah lama, hanya saja baru bisa penelitian Agustus 2018 lalu. Ide awalnya karena Indonesia masih mengimpor beras, sehingga butuh bahan pangan alternatif. Sementara kebutuhan beras dalam negeri cukup tinggi. Maka, kami coba mengusung beras alternatif Logan Rice ini,” jelas Rizqina Faizana.
Keunggulan beras analog ini, diantaranya beras sehat karena rendah karbohidrat, tinggi protein dan gizi, cocok bagi penderita diabetes dan yang ingin diet. Dengan keunggulan tersebut, harga jual yang dipatok sekitar Rp 35 ribu per kilogram. “Memang lebih mahal dari beras biasa, karena masih produksi kecil dengan kalkulasi harga penelitian. Namun, jika dibandingkan gandum, oat dan granula, masih lebih murah dengan keunggulan lebih kaya serat dan mengenyangkan, karena berbahan baku ganyong, bayam, tiwul dan ampas kelapa,” tambah Rizqina.
Kesulitan yang dirasakan saat ini, masih menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan noodle maker (pembuat mie). Setelah panjang dipotong kecil-kecil seukuran beras. “Sementara masih diujicobakan pada keluarga dan saudara. Meski sebenarnya ada permintaan. Namun karena produksi terbatas jadi belum bisa melayani permintaan,” tandas Rizqina.
Sementara itu, Lailatul Chusniah, guru pembina eskul Karya Ilmiah Remaja (KIR) MTsN 1, menjelaskan, munculnya ide beras analog karena melihat banyaknya ganyong yang tidak termanfaatkan. Terlebih lahan pertanian di Kota Malang semakin terbatas, sementara kebutuhan akan beras semakin tinggi. Dengan beras logan ini diharapkan mampu menjadi beras alternatif yang lebih menyehatkan. Dan ini sudah masuk standar SNI,” jelas Lely, sapaan akrabnya.
Kepala MTsN 1 Kota Malang, Drs. Samsudin, MPd, mengapresiasi karya inovasi ilmiah anak didiknya sebagai hasil pengembangan potensi diri dari budaya literasi dan penelitian. Melalui pembinaan ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) MTs Negeri 1 Kota Malang, mampu melahirkan generasi cinta riset.
“Anak-anak KIR ini sudah terbiasa berliterasi, sehingga kemampuan mereka terasah dengan baik. Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari karya inovasi teknologi. Diantaranya siswa menjadi terbiasa presentasi dan berargumentasi. Tak hanya meneliti, tapi juga terampil menulis. Ini menjadi modal anak-anak untuk semakin terampil menjadi peneliti yang handal di masa mendatang,” apresiasi Sam, sapaan akrabnya. katanya.
Samsudin berharap, agar budaya literasi dan ketekunan meneliti yang telah terbentuk di MTsN 1 dapat dikembangkan di jenjang pendidikan berikutnya yang lebih tinggi. “Agar kemampuan dan kepekaan mereka menemukan solusi melalui penelitian terus terasah dengan menemukan karya yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Minimal, mereka sudah bisa membuktikan diri sebagai peneliti atau inovator muda,” tandas pria ramah ini. (rhd)