* UB sabet 4 penghargaan
Kota Malang, SERU
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB) Malang sukses menjadi tuan rumah The 12th Asia Bridge Competition (ABC) 2019. Kompetisi perakitan jembatan tahunan ini diikuti oleh enam negara; Thailand, Taiwan, Mongolia, Jepang, Vietnam, dan Indonesia, dan berlangsung di Gedung Widyaloka dan Gedung G Fakultas Ilmu Komputer UB, selama 3 hari, Sabtu-Senin (24-26/8/2019).

Sesi presentasi desain konsep dilaksanakan, Sabtu (24/8/2019); sesi perakitan, loading test dan pengumuman, Minggu (25/8/2019); dan field trip ke Batu, Senin (26/8/2019). “Yang dinilai tak hanya kecepatan merakitnya, tapi juga ada voting keindahan dan pembebanan. Untuk kecepatan perakitan yang dibawah tujuh menit akan dibulatkan ke tujuh menit untuk menghindari unrealistic assembly yang tak masuk akal,” jelas Ketua Pelaksana Dr Eng Indradi Wijatmiko ST MEng, ditemui usai Awading Night (25/8/2019) malam.
Di babak pertama, tercatat UB paling cepat perakitannya dengan waktu 06.30.35. Sementara kisaran tim-tim lain di babak pertama antara 10-21 menit. Sedangkan di babak kedua, tercepat adalah Tottori University dari Jepang dengan waktu 05.59.79. Sedang tim lain yang berlaga di babak kedua di kisaran waktu 07.52.87 hingga 15.31.46.
Menurut pria berkacamata ini, penilaian ABC 2019 ini berbeda dengan kompetisi jembatan Indonesia yang diadakan Kemenristekdikti, dimana juri lomba The 12 Asia Bridge Competition 2019 adalah para supervisor tim. “Kalau di kompetisi jembatan Dikti, ada dewan juri khusus. Kalau di kompetisi ini lebih terbuka, jurinya ya seluruh supervisor dan peserta,” papar Dr Eng Indradi, sapaan akrabnya.
Pada sesi presentasi, seluruh peserta berhak bertanya kepada presenter, dan untuk The Best Aesthetic Award, peserta memberikan voting kepada peserta lain. Hasil penilaian seluruh sesi dirapatkan oleh seluruh supervisor untuk menentukan pemenangnya. Terdapat tujuh kategori awards pada kompetisi ini. Pertama, Best Construction Cost yang dinilai berdasarkan jumlah konstruktor dan waktu konstruksi. Kedua, The Best Structural Cost, berdasarkan berat jembatan dan akurasi lendutan 6mm, serta akumulasi dari kategori pertama dan kedua.

Selanjutnya, The Best Aesthetic Awards diberikan berdasarkan voting keindahan desain jembatan, dan Best Presentation untuk presenter terbaik saat presentasi desain. Sementara, Prediction of Deflection Awards diberikan berdasarkan ketepatan prediksi lendutan secara analisis versus pengujian beban. Dan terakhir, Overall Performance Awards, akumulasi keenam kategori yang lain, dengan syarat tidak boleh ada satu kategori pun yang mendapat ranking terendah.
Salah satu anggota Tim Perwira Ampera T. Sipil UB, M. Faras Hidayat, menyatakan kepuasannya terhadap kompetisi ini. “Tidak seperti kompetisi jembatan di Indonesia yang kita berfokus pada kompetisi, bagaimana mendapat lendutan terkecil. Di kompetisi ini, kita bisa saling belajar, bertemu teman-teman dari mana-mana, dan hasilnya lebih terbuka,” ungkapnya.
Dalam ABC 2019 ini, tim UB berhasil memboyong Juara 1 Best Construction Cost, Juara 2 Best Presentation, Juara 2 Total Cost Awards, dan Juara 4 Best Aesthetic award. Sedangkan juara satu hingga lima Overall Performance diraih oleh Universitas Sains dan Teknologi Universitas Mongolia (M.U.S.T), Sekolah Teknik Sipil & Arsitektur, Universitas Gifu, Universitas Can Tho, dan Universitas Teknologi King Mongkut Ladkrabang. Tahun depan, Asia Bridge Competition akan diadakan di King Mongkhut University dan dua tahun lagi akan diadakan di Can Tho University Vietnam. (rhd)