Malang, SERU.co.id – Kemeriahan pawai ogoh-ogoh menyambut Hari Raya Nyepi 2025 di Lapangan Rampal Kota Malang, menjadi wujud toleransi beragama. Pasalnya, Pawai Ogoh-ogoh bersamaan puasa Ramadan dan mendekati Idulfitri 1446H. Di sisi lain, dinilai menyimpan potensi wisata budaya di Kota Malang.
Plt Kepala Bakesbangpol Kota Malang, Ali Mulyanto mengungkapkan, pawai ogoh-ogoh dapat dikembangkan sebagai potensi wisata. Pasalnya, acara ini memiliki nilai-nilai budaya dan menarik untuk menjadi destinasi wisata.
“Momen ini bisa dikembangkan tidak hanya dalam hal agama, tapi juga budaya. Jika digarap bersama, bisa menjadi destinasi wisata di Kota Malang,” seru Ali, Jumat (28/3/2025).
Ali mengatakan, Kota Malang merupakan kota nasional, karena semua agama dan budaya ada di dalamnya. Melalui momen ini, terdapat nilai-nilai toleransi yang dapat diedukasikan kepada masyarakat luas.
Apalagi tahun 2025 ini, perayaan Nyepi sangat berdekatan dengan Idulfitri. Ia menilai, perlu upaya bersama menjaga toleransi antar umat beragama untuk mewujudkan Kota Malang yang aman dan tenteram.
“Sangat luar biasa, suatu momen untuk menjaga keseimbangan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. Ini momen bagaimana kita menciptakan alam untuk keseimbangan kita bersama,” ujarnya.
Hadir dalam kesempatan tersebut, anggota DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika. Pria kelahiran Bali itu menjelaskan, pawai ogoh-ogoh ini merupakan bagian dari Tawur Kesanga, rangkaian Hari Suci Nyepi.
“Intinya kami sangat mengapresi kegiatan tawur kesanga yang rutin dilaksanakan di Kota Malang. Kami salut dengan panitia yang menggeser kegiatan ini di Lapangan Rampal,” ucapnya.
Made mengatakan, jika biasanya pawai ogoh-ogoh dilaksanakan di Balai Kota, kini digeser demi menghormati umat Muslim yang sedang berpuasa. Menurutnya, pawai ogoh-ogoh menyimpan nilai-nilai edukasi mengenai toleransi di Kota Malang.
“Itulah indahnya Kota Malang, semua hadir untuk kegiatan merayakan hari-hari besar agama apapun di Kota Malang. Begitupun FKAUB hadir, sehingga toleransi senantiasa terjalin erat, mari kita jaga harmonisasi di kota kita tercinta,” tuturnya.

Semetara itu, Ketua PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Kota Malang, I Made Wartana menuturkan, makna Tawur Kesanga. Pada momen ini, umat Hindu menghaturkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
“Saatnya umat Hindu menghaturkan niatnya sebagai wujud terimakasih kami kepada Pencipta yang sudah menyediakan alam semesta dengan segala isinya. Kemudian juga mengharmonisasi antara hubungan sesama makhluk hidup, pencipta, kemudian dengan alam semesta,” ungkapnya.
Ia berharap, momen Tawur Kesanga ini menjadi pengingat untuk menjaga alam. Kelestarian alam tidak boleh dieksploitasi secara berlebih.
“Kami juga ingin menetralisir energi negatif selama setahun kemarin, makanya tadi disimbolkan dengan ogoh-ogoh. Sehingga nanti di akhir akan dibakar, agar energi negatifnya hilang,” pungkasnya. (ws13/rhd)