Jakarta, SERU.co.id – Hubungan antara pencipta lagu dan penyanyi kembali menjadi sorotan publik. Terbaru, polemik antara musisi senior Keenan Nasution dan penyanyi Vidi Aldiano. Keenan merasa kurang dihargai usai ditemui dan disodorkan uang Rp50 juta sebagai tanda terima kasih.
Keenan Nasution, pencipta lagu legendaris ‘Nuansa Bening’ mengungkapkan, ketidaknyamanannya atas perlakuan yang diterimanya dari pihak Vidi Aldiano. Lagu yang diciptakannya pada 1978 itu diaransemen ulang oleh Vidi pada 2008 dan sukses melambungkan nama sang penyanyi. Namun, setelah bertahun-tahun berlalu, Keenan justru merasa kurang dihargai.
“Saya baru ketemu manajernya itu di tahun 2024, ke rumah saya bawa Rp 50 juta. Bilang ‘Ini tanda terima kasih’. Kalau kayak begitu, menurut saya nggak bener juga,” seru Keenan dalam konferensi pers di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Senin (17/2/2025),
Penyanyi yang kini berusia 72 tahun itu menilai, pemberian uang secara tiba-tiba tanpa komunikasi yang baik menunjukkan kurangnya penghargaan. Terutama atas karya cipta yang telah menjadi bagian penting dalam perjalanan karier Vidi Aldiano. Ia mengungkapkan, selama ini tidak ada komunikasi yang jelas terkait hak royalti lagu tersebut.
“Saya nggak suka caranya gitu, dia nggak pernah datang. Tiba-tiba bawa uang Rp50 juta, ngapain begitu?,” tambah Keenan dengan nada kecewa.
Pihak Vidi Aldiano memang sempat datang ke rumah Keenan sebanyak dua kali untuk berkomunikasi. Namun, Keenan menilai ada ketidakpahaman mengenai hak pencipta lagu. Meski demikian, Keenan berharap ada perbaikan komunikasi di masa depan agar hubungan antara pencipta lagu dan penyanyi dapat berjalan lebih baik.
Sebagai informasi, Keenan Nasution merupakan sosok penting dalam perkembangan musik Indonesia. Lahir di Jakarta pada 5 Juni 1952 dengan nama lengkap Radakrisnan Nasution, ia dikenal melalui karya-karya yang sarat makna. Album terkenalnya, ‘Di Batas Angan-Angan,’ memuat lagu-lagu seperti ‘Jamrud Katulistiwa,’ ‘Nyanyianmu,’ ‘Adikku,’ ‘Buku Harian,’ ‘Hujan,’ ‘Menyala Citra,’ ‘Mungkin,’ ‘Jakarta Kusayang,’ ‘Cakrawala Senja,’ dan ‘SuaraNya.’ (aan/mzm)